Maaf

Sabtu, 18 Februari 2017 0 komentar

Aku ingat sekali apa pesanmu,
aku ingat apa yang kau katakan waktu itu.
Cita-citamu dulu adalah cita-citaku.
Keinginanmu dulu menjadi keinginanku

Kau menceritakan temanmu yang berhasil,
kau ceritakan seseorang yang sukses.
Aku tahu, aku tahu kau ingin aku seperti dia.
Aku tahu itu.

Sekarang...
Ternyata, cita-citamu, keinginanmu, bukanlah keinginanku
Orang yang kau ceritakan itu, dia adalah dia
sedangkan aku, bukanlah dia.

Sekarang...
Jalan begitu berbeda
Waktu begitu berbeda
Semua begitu berbeda
Kau ceritakan tidak semudah yang kurasakan.

Aku semangat karena
Aku optimis karena
Tapi maaf, aku semangat untuk yang aku tuju,
tujuan yang dapat kucapai.
Semoga kau dapat mengerti.
Aku ingin menatap jauh.
Aku ingin melihat karya Tuhan yang terhampar ini,
dengan pengetahuan dan pengalaman.

Aku berbeda dengan anak teman-temanmu.
Maaf, jangan kau harapkan aku seperti mereka.

Sejauh apa pun yang kucapai,
sesukses apa pun yang kugapai,
itu semua tidak dapat membayar jasamu.

Dengan do'a yang menembus batas langit,
menuju ke kediamannya Tuhan.
Hanya Dia yang dapat membalasnya.
Membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan.


Dari anakmu yang lagi sendiri.

Oleh: Ibnu Arsib Ritonga
Sumber gambar ilustrasi: http://lendoot.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB