Oleh: Ibnu
Arsib Ritonga*
Enam puluh enam
tahun yang lalu di Medan, enam tahun sesudah diproklamirkannya kemerdekaan Republik
Indonesia di Jakarta, beberapa pemuda Islam yang sangat peduli pada pendidikan,
penyebaran agama lewat institusional yang terorganisir, mereka mendirikan
Perguruan Tinggi Islam pada masa itu hingga dikenal sampai saat ini bernama
Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).
Mendirikan lembaga pendidikan ini adalah suatu bentuk niat yang
suci dan kepedulian terhadap pendidikan agar masyarakat Indonesia secara
umumnya, masyarakat Medan secara khususnya dapat menimba ilmu pengetahuan demi
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mendirikan lembaga ini bukan merupakan hanya
sebatas pendidikan saja, akan tetapi ada misi atau pun tujuan yang paling mulia
seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu menyebarkan
agama Islam secara institusional dan terorganisir.
Pijakan dasar daripada didirikannya lembaga pendidikan ini adalah
berdasarkan Islam, itulah yang terus dipegang oleh UISU hingga saat ini yang
diabadikan di dalam Statuta UISU dan tertulis pada visi misi UISU. Islam bagi
UISU bukan hanya sekedar agama, tapi Islam adalah way of life dalam
kehidupan sehari-hari. Secara institusional, UISU bukan kampus yang didirikan
di bawah naungan suatu organisasi. Maka dari itu UISU bisa ditempati dari
berbagai sekte organisasi keislaman. Dalam sejarah pendiriannya juga,
tokoh-tokoh yang mendirikan UISU berbeda-beda organisasi, ada dari Al-Wasliyah
(Alm. Bahrum Jamil), ada dari Muhammadiyah, ada dari Nahdatul Ulama (NU) dan
dari ormas Islam lainnya.
Secara keindonesiaannya, UISU sangat bersemangat dalam mewujudkan
cita-cita Indonesia yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
tahun 1945; Mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia”. UISU juga secara
aktivitasnya terus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian dan pengabdian, kemudian ditambah dengan “Dakwah Islamiyah”
maka disebutkan UISU menganut Catur Dharma Perguruan Tinggi”, dan ini menjadi
ciri khas UISU. Selain kekentalannya terhadap Islamnya, keindonesiaannya,
sebagai perguruan tinggi melekat juga nilai-nilai ilmu pengetahuan ilmiah.
Sejarah Singkat
Perjalanan UISU
Universitas Islam Sumatera Utara
disingkat UISU didirikan pada tanggal 7 Januari 1951, merupakan perguruan
tinggi pertama yang berdiri di luar pulau Jawa, yang dipelopori oleh oleh tokoh
pemuda pemudi Islam saat itu, yaitu Bahrum Djamil, Adnan Benawi, Sariani AS,
Rivai Abdul Manaf Nasution, dan Sabaruddin Ahmad.
UISU pada mulanya membuka kelas
persiapan Akademi Islam Indonesia (setara dengan kelas III SMA bagian A) dan
selanjutnya dengan dukungan Bapak Abd. Hakim (Gubernur Sumatera Utara saat itu)
dan Bapak K.H. A. Wahid Hasyim (Menteri Agama saat itu) Akademi Islam Indonesia
diubah menjadi Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII) dan dimulailah peresmian
kegiatan perkuliahan pertama pada 7 Januari 1952 pada Fakultas Hukum dan Ilmu
Kemasyarakatan.
Selanjutnya tanggal 7 Januari 1952
Miladiah bertepatan 9 Rabiul Awal 1371 Hijriah dijadikan sebagai hari jadi PTII
yang selanjutnya berubah menjadi Universitas Islam Sumatera Utara dan
mendapatkan pengesahan dari Mendikbud RI No. 0677/U/1977 tanggal 31 Desember
1977. Dengan perjuangan dan tekad yang kuat dari seluruh sivitas akademika UISU
dan dukungan dari pemerintah, ulama dan masyarakat, saat ini UISU mengelola 9
Fakultas dan 26 Program Studi S-1, 3 Program Studi S-2, dan Ilmu Ekonomi dan Kebijakan kerjasama UISU dengan UII Jogjakarta. (wikipedia)
Dari sejak pendirian Universitas Islam Sumatera Utara hingga saat
ini banyak sekali mengalami terjangan gelombang. Prahara-prahara silih
berganti, polemik-polemik tidak bisa lepas dari kampus UISU. Sejak didirikannya
hingga tahun 2006, UISU sangat dipercayai oleh masyarakat, masa-masa kejayaan
itu menjadi sejarah manis bagi UISU. Ada beberapa cerita masyarakat, mungkin
kita dapati juga dari alumni UISU sendiri. Bahwa, dahulu kala (sekitar tahun
1970-an sampai 1980-an) UISU adalah pilihan pertama, apabila tidak masuk di
UISU maka kampus-kampus negeri di Medan menjadi pilihan-pilihan selanjutnya.
Ini membuktikan bahwa betapa bagusnya UISU.
Kejayaan UISU tidak dapat bertahan lama, tidak sampai satu abad
atau setengah abad. UISU mengalami kegaduhan yang sangat serius sehingga
terpecah menjadi dua. Penulis, secara pribadi melihat dan merasakan kondisi
dualisme kampus Islam tertua di Sumatera ini. Konflik intern memang sudah
terjadi di tahun-tahun 90-an sampai sebelum tahun 2006. Pada tahun 2006 konflik
UISU meletus seperti letusan gunung yang memuntahkan laharnya, tragedi ini
dikenang sebagai “UISU Berdarah 2006”. Sejak itulah UISU mengalami keterpurukan
dan jauh dari kepercayaan masyarakat yang ingin kuliah di UISU. Masyarakat pun
bingung mana UISU yang benar, antara UISU Al-Manar atau UISU Al-Munawwarah.
Membicarakan permasalahan ini sangat panjang sekali apabila dituliskan dalam
tulisan singkat ini. Keterangan ini saya dapatkan dari pembicaraan dari
beberapa beberapa orang yang mengalami langsung sejarah kejayaan UISU dan di
masa-masa keterpurukan UISU. Dualisme UISU berjalan selama kurang lebih delapan
tahun.
Selamat Milad
UISU
Polemik-polemik di kampus UISU terus berjalan dan kemudian
diselesaikan secara perlahan-lahan. Masalah-masalah yang ada tidak membuat UISU
hilang dari peredaran atau pun terisolasi dari masyarakat. Di dalam tulisan
tulisan ini, saya tidak membicarakan siapakah pimpinan UISU saat ini, dan
apakah UISU sudah baik seperti sediakala. Silahkan cek sendiri apakah UISU
sudah menyatu dan siapa yang telah diakui pemerintah.
Yang menjadi pembahasan sekarang adalah apakah yang harus diperbuat
saat UISU ini supaya dia tetap survive? Di UISU yang cukup tua ini (66
tahun), yang baru saja lepas dari konflik dualisme, apakah UISU produktif atau
hanya sekedar menjalankan aktivitas-aktivitas normatif belaka? Ataukah hari ini
UISU semakin parah masalah yang dihadapinya? Bagi kalangan luar silahkan cek
sendiri, untuk kalangan yang ada di dalam UISU sendiri (mahasiswa, dosen, dan
pegawai) perhatikan dan rasakan sendiri.
Saya beberapa hari ini membaca surat kabar yang diterbitkan UISU
sendiri (Warta UISU , edisi XIII-Oktober 2016). Halaman demi halaman
saya baca, informasi yang disampaikan dalam surat kabar itu menurut saya banyak
sekali yang tidak sesuai dengan realitas yang ada, kurang obyektif. UISU saat
ini dikatakan baik, padahal kondisinya mengalami keterpurkan seperti krisis ide.
Kegiatan UISU yang mendatangkan tokoh-tokoh Indonesia jauh dari nilai-nilai
ilmiah dan lebih condong pada nilai-nilai politis (kepentingan). Berita-berita
di surat kabar itu hanya dominan kegiatan-kegiatan normatif. Masalah-masalah di
UISU sebelumnya sudah saya bahas dalam tulisan-tulisanyang diterbitkan Lembaga
Pers Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (lpmarena.com) dengan judul “ Surat
Cinta Untuk UISU dan Salam Rindu Kampusku UISU”.
Di usia yang cukup tua ini, UISU harus lebih serius lagi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai perguruan tinggi, tidak hanya sekedar
formalitas normatif belaka. Bukan hanya memenuhi unsur-unsur normatif belaka
yang menyampingkan pemenuhan kualitas. Visi UISU “menjadi perguruan tinggi yang Islami, handal, teruji dan bermartabat mulia,
dicintai oleh masyarakat dan diridhai Allah Swt.” tidak hanya jadi pajangan
menghiasi dinding-dinding kampus. Misi UISU adalah “melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan dakwah Islamiyah
secara profesional. Membentuk sarjana Islami yang nasionalis, berkualitas,
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu dan beramal shaleh, turut
berperan dalam pembangunan umat Islam, agama, bangsa, dan Negara Republik
Indonesia demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia”, bukannya hanya
slogan-slogan indah tanpa realisasi.
Melihat kondisi UISU sekarang, dan juga di milad UISU yang ke 66 tahun ini,
UISU harus cepat berbenah diri, mengevaluasi diri baik dari sistemnya hinga
praktiknya. Kalau kita tilik sedikit masalah sampai ke fakultas-fakultas,
sebetulnya ada beberapa fakultas di UISU yang terancam tutup, karena
mahasiswanya sangat sedikit dan programnya tidak dapat menyentuh pada
masyarakat. Saya katakan contohnya seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
(Fisip), Fakultas Sastra dan Fakultas Agama Islam. Begitu miris ketika kita
melihat kondisi fakultas ini, mungkin ada beberapa fakultas lagi yang
jurusannya tidak berpenghuni. Akreditasi ternyata tidak dapat menjamin bagusnya
suatu fakultas. Rata-rata akreditasi di UISU mulai dari institusinya (UISU)
sampai ke fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan bepredikat “B”. Saya tidak
mengertikan arti simbol (B) itu, apakah dia B = Baik atau B = Buruk, aktivitas
UISU lah yang dapat membuktikan itu.
Kesimpulan
Sebagai penutup pada tulisan bagian kesimpulan ini saya kutipkan
perkataan tertulis dari Warta UISU, Edisi XIII – Oktober 2016 pada
halaman 2 dengan judul “UISUTORIAL: Masyarakat Tak Perlu Ragu”
menuliskan:
“UISU yang
telah berdiri sejak tahun 1952 ini tentu saja menjadi harapan banyak pihak,
terutama melahirkan sarjana-sarjana yang berilmu dan beriman kepada Allah SWT.
sehingga mampu menjadi pemimpin di muka bumi ini dengan baik dan benar. Bukan
sarjana-sarjana yang merusak dan mendatangkan malapetaka bagi manusia, alam dan
lingkungan di seikitarnya.
UISU sebagai
perguruan tinggi yang menyandang predikat Islam harus benar-benar mampu
melahirkan sarjana yang memiliki akhlakulkarimah. Ini berarti totalitas
pendidikan dan materi-materi perkuliahan harus terhindar dari faham
sekularisasi agama. Ilmu untuk ilmu, tetapi ilmu adalah menjadikan seseorang
beribadah kepada Tuhan, semakin banyak ilmu yang didapatinya maka semakin
tinggi pula pengabdiannya pada Tuhan.
Selayaknya, UISU
hari ini terus berbenah dan sekaligus kembali mengejar kejayaan masa silamnya
sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tervaforit di Sumatera. Memang
mengejar kejayaan seperti sediakala tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan. Perlu ada tangan-tangan terampil, kekompakan dan kesungguhan semua
pihak yang berada di lingkungan UISU”.
Sedikit kritik terhadap diksi atau kata-kata yang dipakai pada
paragraf terakhir (“kembali mengejar kejayaan masa silamnya”), supaya tidak
bersifat ambiguitas, jangan dipahami kita mundur kebelakang, tapi mari dipahami
bahwa UISU harus berbenah diri supaya UISU lebih maju, maju dari segi fisik dan
maju secara kualitas demi mencapai visi misi UISU. Berbenah diri untuk meraih
kejayaan.
Universitas Islam Sumatera Utara
Perguruan yang amat mulia
Marilah bergiat membinanya
Untuk Nusa, Negara Agama
Bangunlah pesatkan usaha
Dalam mencapai kemakmuran
Lenyapkanlah segala rintangan
Mahasiswa UISU, majulah
Reff:
Hidup, hidup, hiduplah UISU
Subur dan Jaya untuk selama-lamanya
Bergeraklah menuju kemajuan
Menyebarkan ilmu pengetahuan
(Mars UISU)
Selamat ulang
tahun UISU tercinta...
*Penulis
adalah mahasiswa fakultas hukum UISU
0 komentar:
Posting Komentar