UISU: Berbenah Diri Untuk Kejayaan

Jumat, 06 Januari 2017 0 komentar
Oleh: Ibnu Arsib Ritonga*
Enam puluh enam tahun yang lalu di Medan, enam tahun sesudah diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta, beberapa pemuda Islam yang sangat peduli pada pendidikan, penyebaran agama lewat institusional yang terorganisir, mereka mendirikan Perguruan Tinggi Islam pada masa itu hingga dikenal sampai saat ini bernama Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).

Mendirikan lembaga pendidikan ini adalah suatu bentuk niat yang suci dan kepedulian terhadap pendidikan agar masyarakat Indonesia secara umumnya, masyarakat Medan secara khususnya dapat menimba ilmu pengetahuan demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Mendirikan lembaga ini bukan merupakan hanya sebatas pendidikan saja, akan tetapi ada misi atau pun tujuan yang paling mulia seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu menyebarkan agama Islam secara institusional dan terorganisir.

Pijakan dasar daripada didirikannya lembaga pendidikan ini adalah berdasarkan Islam, itulah yang terus dipegang oleh UISU hingga saat ini yang diabadikan di dalam Statuta UISU dan tertulis pada visi misi UISU. Islam bagi UISU bukan hanya sekedar agama, tapi Islam adalah way of life dalam kehidupan sehari-hari. Secara institusional, UISU bukan kampus yang didirikan di bawah naungan suatu organisasi. Maka dari itu UISU bisa ditempati dari berbagai sekte organisasi keislaman. Dalam sejarah pendiriannya juga, tokoh-tokoh yang mendirikan UISU berbeda-beda organisasi, ada dari Al-Wasliyah (Alm. Bahrum Jamil), ada dari Muhammadiyah, ada dari Nahdatul Ulama (NU) dan dari ormas Islam lainnya.

Secara keindonesiaannya, UISU sangat bersemangat dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945; Mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia”. UISU juga secara aktivitasnya terus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian, kemudian ditambah dengan “Dakwah Islamiyah” maka disebutkan UISU menganut Catur Dharma Perguruan Tinggi”, dan ini menjadi ciri khas UISU. Selain kekentalannya terhadap Islamnya, keindonesiaannya, sebagai perguruan tinggi melekat juga nilai-nilai ilmu pengetahuan ilmiah.


Sejarah Singkat Perjalanan UISU
Universitas Islam Sumatera Utara disingkat UISU didirikan pada tanggal 7 Januari 1951, merupakan perguruan tinggi pertama yang berdiri di luar pulau Jawa, yang dipelopori oleh oleh tokoh pemuda pemudi Islam saat itu, yaitu Bahrum Djamil, Adnan Benawi, Sariani AS, Rivai Abdul Manaf Nasution, dan Sabaruddin Ahmad.

UISU pada mulanya membuka kelas persiapan Akademi Islam Indonesia (setara dengan kelas III SMA bagian A) dan selanjutnya dengan dukungan Bapak Abd. Hakim (Gubernur Sumatera Utara saat itu) dan Bapak K.H. A. Wahid Hasyim (Menteri Agama saat itu) Akademi Islam Indonesia diubah menjadi Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII) dan dimulailah peresmian kegiatan perkuliahan pertama pada 7 Januari 1952 pada Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan.

Selanjutnya tanggal 7 Januari 1952 Miladiah bertepatan 9 Rabiul Awal 1371 Hijriah dijadikan sebagai hari jadi PTII yang selanjutnya berubah menjadi Universitas Islam Sumatera Utara dan mendapatkan pengesahan dari Mendikbud RI No. 0677/U/1977 tanggal 31 Desember 1977. Dengan perjuangan dan tekad yang kuat dari seluruh sivitas akademika UISU dan dukungan dari pemerintah, ulama dan masyarakat, saat ini UISU mengelola 9 Fakultas dan 26 Program Studi S-1, 3 Program Studi S-2, dan Ilmu Ekonomi dan Kebijakan kerjasama UISU dengan UII Jogjakarta. (wikipedia)

Dari sejak pendirian Universitas Islam Sumatera Utara hingga saat ini banyak sekali mengalami terjangan gelombang. Prahara-prahara silih berganti, polemik-polemik tidak bisa lepas dari kampus UISU. Sejak didirikannya hingga tahun 2006, UISU sangat dipercayai oleh masyarakat, masa-masa kejayaan itu menjadi sejarah manis bagi UISU. Ada beberapa cerita masyarakat, mungkin kita dapati juga dari alumni UISU sendiri. Bahwa, dahulu kala (sekitar tahun 1970-an sampai 1980-an) UISU adalah pilihan pertama, apabila tidak masuk di UISU maka kampus-kampus negeri di Medan menjadi pilihan-pilihan selanjutnya. Ini membuktikan bahwa betapa bagusnya UISU.

Kejayaan UISU tidak dapat bertahan lama, tidak sampai satu abad atau setengah abad. UISU mengalami kegaduhan yang sangat serius sehingga terpecah menjadi dua. Penulis, secara pribadi melihat dan merasakan kondisi dualisme kampus Islam tertua di Sumatera ini. Konflik intern memang sudah terjadi di tahun-tahun 90-an sampai sebelum tahun 2006. Pada tahun 2006 konflik UISU meletus seperti letusan gunung yang memuntahkan laharnya, tragedi ini dikenang sebagai “UISU Berdarah 2006”. Sejak itulah UISU mengalami keterpurukan dan jauh dari kepercayaan masyarakat yang ingin kuliah di UISU. Masyarakat pun bingung mana UISU yang benar, antara UISU Al-Manar atau UISU Al-Munawwarah. Membicarakan permasalahan ini sangat panjang sekali apabila dituliskan dalam tulisan singkat ini. Keterangan ini saya dapatkan dari pembicaraan dari beberapa beberapa orang yang mengalami langsung sejarah kejayaan UISU dan di masa-masa keterpurukan UISU. Dualisme UISU berjalan selama kurang lebih delapan tahun.


Selamat Milad UISU
Polemik-polemik di kampus UISU terus berjalan dan kemudian diselesaikan secara perlahan-lahan. Masalah-masalah yang ada tidak membuat UISU hilang dari peredaran atau pun terisolasi dari masyarakat. Di dalam tulisan tulisan ini, saya tidak membicarakan siapakah pimpinan UISU saat ini, dan apakah UISU sudah baik seperti sediakala. Silahkan cek sendiri apakah UISU sudah menyatu dan siapa yang telah diakui pemerintah.

Yang menjadi pembahasan sekarang adalah apakah yang harus diperbuat saat UISU ini supaya dia tetap survive? Di UISU yang cukup tua ini (66 tahun), yang baru saja lepas dari konflik dualisme, apakah UISU produktif atau hanya sekedar menjalankan aktivitas-aktivitas normatif belaka? Ataukah hari ini UISU semakin parah masalah yang dihadapinya? Bagi kalangan luar silahkan cek sendiri, untuk kalangan yang ada di dalam UISU sendiri (mahasiswa, dosen, dan pegawai) perhatikan dan rasakan sendiri.

Saya beberapa hari ini membaca surat kabar yang diterbitkan UISU sendiri (Warta UISU , edisi XIII-Oktober 2016). Halaman demi halaman saya baca, informasi yang disampaikan dalam surat kabar itu menurut saya banyak sekali yang tidak sesuai dengan realitas yang ada, kurang obyektif. UISU saat ini dikatakan baik, padahal kondisinya mengalami keterpurkan seperti krisis ide. Kegiatan UISU yang mendatangkan tokoh-tokoh Indonesia jauh dari nilai-nilai ilmiah dan lebih condong pada nilai-nilai politis (kepentingan). Berita-berita di surat kabar itu hanya dominan kegiatan-kegiatan normatif. Masalah-masalah di UISU sebelumnya sudah saya bahas dalam tulisan-tulisanyang diterbitkan Lembaga Pers Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (lpmarena.com) dengan judul “ Surat Cinta Untuk UISU dan Salam Rindu Kampusku UISU”.

Di usia yang cukup tua ini, UISU harus lebih serius lagi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai perguruan tinggi, tidak hanya sekedar formalitas normatif belaka. Bukan hanya memenuhi unsur-unsur normatif belaka yang menyampingkan pemenuhan kualitas. Visi UISU “menjadi perguruan tinggi yang Islami, handal, teruji dan bermartabat mulia, dicintai oleh masyarakat dan diridhai Allah Swt.” tidak hanya jadi pajangan menghiasi dinding-dinding kampus. Misi UISU adalah “melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan dakwah Islamiyah secara profesional. Membentuk sarjana Islami yang nasionalis, berkualitas, beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu dan beramal shaleh, turut berperan dalam pembangunan umat Islam, agama, bangsa, dan Negara Republik Indonesia demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia”, bukannya hanya slogan-slogan indah tanpa realisasi.

Melihat kondisi UISU sekarang, dan juga di milad UISU yang ke 66 tahun ini, UISU harus cepat berbenah diri, mengevaluasi diri baik dari sistemnya hinga praktiknya. Kalau kita tilik sedikit masalah sampai ke fakultas-fakultas, sebetulnya ada beberapa fakultas di UISU yang terancam tutup, karena mahasiswanya sangat sedikit dan programnya tidak dapat menyentuh pada masyarakat. Saya katakan contohnya seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Fakultas Sastra dan Fakultas Agama Islam. Begitu miris ketika kita melihat kondisi fakultas ini, mungkin ada beberapa fakultas lagi yang jurusannya tidak berpenghuni. Akreditasi ternyata tidak dapat menjamin bagusnya suatu fakultas. Rata-rata akreditasi di UISU mulai dari institusinya (UISU) sampai ke fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan bepredikat “B”. Saya tidak mengertikan arti simbol (B) itu, apakah dia B = Baik atau B = Buruk, aktivitas UISU lah yang dapat membuktikan itu.

Kesimpulan
Sebagai penutup pada tulisan bagian kesimpulan ini saya kutipkan perkataan tertulis dari Warta UISU, Edisi XIII – Oktober 2016 pada halaman 2 dengan judul “UISUTORIAL: Masyarakat Tak Perlu Ragu” menuliskan:

“UISU yang telah berdiri sejak tahun 1952 ini tentu saja menjadi harapan banyak pihak, terutama melahirkan sarjana-sarjana yang berilmu dan beriman kepada Allah SWT. sehingga mampu menjadi pemimpin di muka bumi ini dengan baik dan benar. Bukan sarjana-sarjana yang merusak dan mendatangkan malapetaka bagi manusia, alam dan lingkungan di seikitarnya.
UISU sebagai perguruan tinggi yang menyandang predikat Islam harus benar-benar mampu melahirkan sarjana yang memiliki akhlakulkarimah. Ini berarti totalitas pendidikan dan materi-materi perkuliahan harus terhindar dari faham sekularisasi agama. Ilmu untuk ilmu, tetapi ilmu adalah menjadikan seseorang beribadah kepada Tuhan, semakin banyak ilmu yang didapatinya maka semakin tinggi pula pengabdiannya pada Tuhan.
Selayaknya, UISU hari ini terus berbenah dan sekaligus kembali mengejar kejayaan masa silamnya sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tervaforit di Sumatera. Memang mengejar kejayaan seperti sediakala tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu ada tangan-tangan terampil, kekompakan dan kesungguhan semua pihak yang berada di lingkungan UISU”.

Sedikit kritik terhadap diksi atau kata-kata yang dipakai pada paragraf terakhir (“kembali mengejar kejayaan masa silamnya”), supaya tidak bersifat ambiguitas, jangan dipahami kita mundur kebelakang, tapi mari dipahami bahwa UISU harus berbenah diri supaya UISU lebih maju, maju dari segi fisik dan maju secara kualitas demi mencapai visi misi UISU. Berbenah diri untuk meraih kejayaan.

Universitas Islam Sumatera Utara
Perguruan yang amat mulia
Marilah bergiat membinanya
Untuk Nusa, Negara Agama

Bangunlah pesatkan usaha
Dalam mencapai kemakmuran
Lenyapkanlah segala rintangan
Mahasiswa UISU, majulah

Reff:
Hidup, hidup, hiduplah UISU
Subur dan Jaya untuk selama-lamanya
Bergeraklah menuju kemajuan
Menyebarkan ilmu pengetahuan

(Mars UISU)

Selamat ulang tahun UISU tercinta...

*Penulis adalah mahasiswa fakultas hukum UISU

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB