Oleh: Ibnu Arsib Ritonga*
Berbicara tentang pembahasan “pemimpin” amat menarik menurut saya. Hal ini jarang
saya dapatkan di waktu-waktu kuliah. Saya hanya sering mendengar tentang suatu teori
yang mengarahkan pendengar (baca: mahasiswa) supaya menjadi pendengar yang baik
dan tidak menstimulus
(ransangan) terhadap pemikiran. Berbicara tentang pemimpin amat langka di
kampus-kampus, kecuali ada organisasi-organisasi kemahasiswaan yang membuatnya.
Ada kekesalan dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi saat ini, dimana
mayoritas mahasiswa hanya dididik untuk menjadi pekerja bukan menjadi pemimpin
(supaya bermental pencipta pekerjaan). Padahal, seharusnya kampus-kampus harus
mampu melahirkan seorang pemimpin yang handal, mempunyai kecerdasan dan etika
moral yang mengerti kebutuhan masyarakat dan kebutuhan dalam perkembangan yang
terus menerus. Sebaiknya, kampus menyiapkan kader-kadernya menjadi pemimpin,
baik dari kalangan dosen, mahasiswa (biasanya yang sudah sarjana dan
melanjutkan ke yang lebih tinggi), maupun alumni-alumninya. Kiranya masalah ini
tidak kembali terjadi di kampus-kampus, dan kampus akan berusaha melahirkan
calon-calon pemimpin bangsa yang berkualitas.
Dalam
pembahasan masalah pemimpin, saya tertarik dengan teori-teori atau analisa,
konsepsi dan solusi yang dituliskan Dr. Fuad Amsyari dalam karyanya yang
berjudul “Masa Depan Umat Islam Indonesia; Peluang dan Tantangan”. Dalam karyanya
tersebut, Fuad Amsyari membahas tentang pemimpin, dimana untuk menentukan
umat/bangsa yang berkualitas atau berkarakter harus mempunyai seorang pemimpin.
Karena setiap masyarakat, di mana dan kapanpun selalu memiliki pemimpin yang
berperan sehingga dapat mengarahkan gerak masyarakat/kelompok yang dipimpinnya.
Pemimpin, baik skala regional atau kelompok tersendiri maupun pemimpin berskala
nasional selain menentukan arah gerak akan tetapi sangat menentukan suatu
prestasi juga apakah berhasil tau tidak. Maka dari itu perlu perhatian
masyarakat terhadap menentukan pemimpinnya.
Dalam
perkataannya, apabila hanya sedikit dari warga negara yang sadar akan makna
pentingnya pemimpn nasionalnya/regionalnya terhadap nasib mereka (rakyat) maka
bangsa itu hakikatnya masih merupakan bangsa yang lemah atau bangsa yang belum
matang. Perlu kiranya kesadaran masyarakat dalam partisipasi untuk
menentukan pemimpinnya yang berkualitas. Dimana seorang pemimpin itu harus
berfungsi sebagai :
1)
Motivator
Maksudnya
adalah seorang pemimpin mampu memberikan motivasi, semangat atau dorongan kuat
kepada yang dipimpinnya untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu.
2)
Inovator
Yaitu
seorang pemimpin yang dapat memberikan ide-ide pemikiran baru yang berkaitan
dengan kehidupan sosial. Pemimpin diharapkan mempunyai kreativitas dalam bentuk
pikiran baru tentang aktivitas sosial yang harus dilakukan masyarakat atu apa
yang diperlukan oleh rakyatnya.
3)
Aspirator
Seorang
pemimpin yang mampu membawa pemikiran atau kehendak orang lain menjadi suatu
realitas atau kenyataan dalam kehidupan sosial dan sekitarnya. Pemimpin
diharapkan dapat membawa aspirasi atau keinginan rakyat yang dipimpinnya.
4)
Komunikator
Pemimpin
harus dapat memperlancar komunikasi atau hubungan seseorang dengan orang lain
atau juga kelompok kecil dengan kelompok kecil lainnya. Pemimpin diharapkan
menjadi penghubung antara orang-orang yang dipimpinnya apabila terjadi
perbedaan pendapat atau diskomunikasi. Dalam ini, pemimpn bukan hanya dapat
menghubungkan saja, akan tetapi pemimpin harus dapat memakai alat-alat
komunikasi untuk memperlancar melakukan komunikasi secara efektif dan efisien.
Dalam
menentukan proses kepemimpinan ada terdapat lima unsur yang harus ada dalam
diri pemimpin, Dr. Fuad Amsyari membagi menjadi: (a). Sistem nilai yang
diyakini, (b). Kecerdasan, (c). Motivasi, (d). Tanggung jawab, dan (e). Keterampilan manajerial. Kelima
unsur tersebut akan menghasilkan prestasi sosial dari seorang pemimpin
nasional. Apabila satu saja komponen-komponen tersebut kurang kuat, khususnya
sistem nilai atau kecerdasan yang lemah, maka yang lain pun akan melemah dan
kepemimpinan tidak berhasil. Contohnya adalah kasuh Hitler dan Syah Pahlevi di Iran. Akibat daripada
kediktatorannya nasib bangsa menjadi
buruk. Hitler dan Syah Pahlevi di Iran
tidak menunjukkan motivasi, tanggunga jawab, keterampilan memimpin yang baik dan tidak dilandasi pemahaman teoritis
tentang kehidupan sosial yang benar.
Jikalau
kita tinjau dari segi agama Islam, pemimpin atau kepemimpinan jelas diatur
dalam Al-quran dan As-Sunnah. Agak heran ada seorang tokoh agama/penceramah
mengatakan kepada jamaahnya yang disiarkan di Televison, “bahwasanya urusan pemimpin atau kepemimpinan jangan diikut campurkan
dengan agama”. Menurut saya pendapatnya sangat keliru, dan ada dugaan
seorang penceramah tersebut tidak paham atau ingin berpikiran bebas tanpa
landasan agama. Karena begitu pentingnya pemimpn bagi umat manusia, Al-quran
dan As-Sunnah mengaturnya dengan jelas. Berikut firman Allah dan Hadist Rasulullah
saw. tentang pemimpin atau kepemimpinan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (As-Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (QS. An-Nisa : 59)
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat, seraya tunduk kepada Allah”. (QS. Al-Ma’idah : 55)
“Dan barang
siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai
penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itu yang menang”. (QS.
Al-Ma’idah : 56)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan
dan permainan. (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu,
dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu
orang-orang beriman”. (QS. Al-Ma’idah : 57)
“Pemimpin (sulthan) itu adalah ‘naungan
Allah’ dan tombak-Nya dimuka bumi”. (H.R. Al-Baihaqi)
“Siapapun pemimpin yang menyuruh sesuatu yang
buruk (maksiat) maka tidak boleh ada ketaatan padanya” (H.R. Ahmad)
“Ketaatan itu hanya ditujukan kepada pemimpin
yang diperintahnya bernilai kebaikan atau makruf ”. (H.R. Ahmad, Bukhari
dan Muslim)
“Kalau kalian sudah bepergian bertiga,
pilihlah seorang pemimpin”. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
“Apabila kamu mendapati ada dua orang yang
memimpin suatu kelompok, maka sisihkanlah atau turunkanlah salah seorang
diantara keduanya”. (H.R. Muslim)
Dari
firman-firman Allah SWT. dan Hadits-hadits Rasulullah saw. jelaslah bahwa kita
dapat mengetahui pemimpin yang bagaimana, yang harus dipilih masyarakat demi
terwujudny a kehidupan sosial yang baik dan kehidupan berinteraksi disegala
aspek masyarakat.
*Penulis
adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan
Sumber Gambar Ilustrasi: http://www.indotelko.com/
0 komentar:
Posting Komentar