Oleh: Reni Kartika Sari*
Menjadi seorang
mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Dikampus, kita harus bisa membiasakan diri
untuk menunjukkan rasa kepedulian sosial yang tinggi. Itu semua bisa diwujudkan
dengan bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di kampus dan juga di
luar kampus. Disana (organisasi) kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu
memberikan dampak yang baik di lingkungan kampus beserta di luar kampus. Kita
harusnya bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan kita yang lain maupun junior yang
akan bergabung nantinya
Bila diamati berdasarkan aktivitasnya, terdapat dua tipe
mahasiswa yaitu pertama tipe mahasiswa yang apatis terhadap kegiatan organisasi
kemahasiswaan dan kedua adalah tipe mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan
(aktivis). Kedua tipe tersebut sangat jelas terlihat perbedaannya.
Mahasiswa yang
apatis itu hanya memikirkan dunia perkuliahannya saja dan segala sesuatunya
selalu diukur dengan pencapaian kredit mata kuliah dan indeks prestasi yang
tinggi serta berupaya menyelesaikan kuliah dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Namun biasanya tipe mahasiswa seperti ini, akan mengalami kelemahan
dalam hal sosialisasi diri dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dampak
negatifnya bisa saja dirasakan ketika telah memasuki ‘dunia kerja’.
Tipe mahasiswa ini lebih pada sikap pragmatis yang dimilikinya yaitu kuliah
secepatnya, lulus jadi sarjana dan ‘siap kerja’. Namun nyatanya dunia kerja tidak sekedar menuntut
kualitas kesarjanaan, tetapi juga menuntut kualitas sosialisasi. Apalagi dunia
kerja yang menuntut kerja sama dan interaksi yang lebih intensif, serta
mengutamakan kemampuan logika berbahasa dan statik. Sarjana yang hanya sekedar mengandalkan
logika dunia keilmuannya tentu akan tersisih.
Sedangkan tipe
mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang selain menekuni aktivitas perkuliahan
tapi juga menyempatkan untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada
didalam kampus baik intra maupun ekstra. Keaktifan di organisasi ini biasanya
dilandasi oleh bakat, hobi, tuntutan jiwa organisasi dan kepemimpinan, tuntutan
sosial atau berupa pelarian dari aktivitas perkuliahan yang kadang dianggapnya
membosankan.
Konsekuensi logis
dari sosok mahasiswa seperti ini tentunya konsentrasi pemikiran dan waktu akan
terbagi menjadi dua, satu sisi pada perkuliahan dan sisi yang lain pada
kegiatan organisasi. Kegiatan perkuliahan juga terkadang malah terganggu oleh kegiatan
organisasi atau bahkan ada yang meninggalkannya karena terlalu asyik. Sehingga
terkadang menjadi alasan pembenar bahwa mahasiswa aktivis adalah mahasiswa abadi
dan terancam Drof Out (DO).
Namun, bila kita lihat dari kemampuan berorganisasi dan
kepemimpinan serta sosialisasi tentu akan sangat berbeda bila dibandingkan
dengan mahasiswa yang apatis. Pengalaman dalam mengungkapkan realita dan
bermain logika dalam berbahasa semakin mematangkan diri sebagai sosok
mahasiswa. Apalagi bila dikaitkan dengan fungsi lain dari kampus sebagai agen
perubahan walaupun perubahan dalam skala kecil. Maka peran para mahasiswa ini tak dapat
dilihat dengan sebelah mata. Mereka selalu menjadi motor penggerak dalam
menyuarakan aspirasi masyarakat dalam menyikapi tuntutan-tuntutan kritis
masyarakat dan permasalahan sosial, ekonomi dan politik lainnya.
Kecuali bagi mahasiswa
yang membuat aktivitasnya di organisasi kemahasiswaan hanya sebagai pelarian
dari aktivitas perkualiahannya. Kegiatan kuliah, penyelesaian tugas, praktikum,
aktualisasi ide dan kajian keilmuan, dan sebagainya malah terabaikan. Organisasi
kemahasiswaan hanya dijadikan tempat untuk menyenangkan diri. Sosok mahasiswa
aktivis ini tentunya bukan sosok mahasiswa yang diharapkan. Karena memang
kewajiban utama seorang mahasiswa adalah mengikuti perkuliahan dengan penuh
tanggung jawab. Tidak dibenarkan bila kegiatan organisasi yang kadang menyita
waktu kuliah selalu dijadikan alasan untuk tidak mengikuti kegiatan perkuliahan
Organisasi merupakan
sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu di
kampus. Organisasi sebetulnya sangat penting untuk kebaikan kita sebagai
mahasiswa, namun kesadaran berorganisasi itu sangat minim saat ini. Sudah
semakin berkurang tampaknya mahasiswa yang berminat untuk bergabung dengan
organisasi-organisasi yang ada di kampus. Padahal, dengan berorganisasi kita
mampu menemukan jati diri kita sesungguhnya sebagai kaum intelektual. Tidak
hanya sekedar duduk dan mendengarkan dosen memberi perkuliahan, tetapi kita
juga bisa merasakan kepuasan menjadi seorang pemimpin pada sebuah organisasi.
Dalam berorganisasi,
kita bisa mengenal dunia kampus lebih luas. Misalnya, kita adalah seorang
mahasiswa yang tidak terbiasa dengan presentasi tugas di depan kelas ataupun
sering gugup ketika berbicara di depan orang ramai, dengan berorganisasi kita
akan dibina untuk hal itu. Setidaknya,dari organisasi tersebut kita mampu dan mempunyai
keberanian untuk berbicara
secara terbuka di depan orang banyak.
Aspek utama yang harus kita miliki dalam
berorganisasi yaitu mental. Jika kita sudah punya mental yang kuat pada sebuah organisasi, maka akan mudah
bagi kita untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Setelah itu barulah kita
melaksanakan pembinaan dalam organisasi tersebut dengan baik. Berbeda dengan
orang yang tidak pernah berorganisasi, jangankan untuk berbicara di depan orang
ramai, berdiskusi dengan ruang lingkup yang kecilpun tidak sanggup rasanya
untuk berpendapat.
Betapa pentingnya organisasi, sangat kalau kita ukur secara formal, namun bisa kita
rasakan dengan perasaan. Seperti saya, dahulunya saya hanyalah seorang yang pendiam dan jarang bergaul, setelah mencoba untuk
berorganisasi maka saya
mulai bisa untuk
mengeluarkan pendapat dan berbicara dengan tenang. Saya sudah mulai
bisa, tidak lagi merasakan
gugup atau malu melihat kumpulan orang yang akan
mendengar apa yang akan saya ucapkan.
Saya sendiri sudah
merasakannya, dahulunya tidak memiliki skill (kemampuan) untuk berbicara
sedikitpun. Namun, setelah merasakan hidup berorganisasi, maka terasa sangat
membantu disaat perkuliahan. Biasanya saya hanya duduk-duduk dan mengobrol di
belakang, namun setelah berorganisasi saya lebih tertarik untuk semakin aktif
dan bertanya jawab dengan dosen bersama teman-teman lainnya. Itulah kira-kira
gambaran yang mungkin bisa memotivasi mahasiswa di lingkungan saya ini
memanfaatkan organisasi agar mampu menemukan jati dirinya sebagai mahasiswa.
Seorang mahasiswa
akan mengarungi perjalanan panjang untuk meraih mimpinya sebagai seorang
sarjana, kemudian mendapatkan pekerjaan yang layak tentunya. Begitulah
keinginan semua mahasiswa yang berjuang keras melewati perjalanan panjangnya
selama duduk di bangku perguruan tinggi. Perjalanan panjang itu tidak boleh
disia-siakan, karena kita harus bisa memanfaatkan segala hal yang baik untuk
memberi hasil positif bagi diri kita sendiri. Akan lebih baik jika kita juga
mampu memberikan dampak positif bagi orang lain.
Bagi mahasiswa yang
belum menemukan jati dirinya sebagai seorang mahasiswa, maka berusahalah untuk
bergabung dengan organisasi yang ada di kampus baik intra ataupun ekstra
kampus. Semua itu akan
berguna untuk kelangsungan perkuliahan dan mampu menjalin persahabatan antara
sesama mahasiswa di kampus dalam berbagai
fakultas ataupun jurusan. Janganlah menjadi mahasiswa seperti batu yang terselip dalam pondasi,
yang hanya bertahan pada satu tempat berdiam. Sama halnya dengan mahasiswa yang
hanya duduk di bangku kuliah tanpa memberikan umpan balik dalam materi perkuliahan yang disampaikan dosen.
Mungkin kita pernah mendengar istilah
“mahasiswa kupu-kupu” yang artinya mahasiswa tersebut hanya datang untuk
perkuliahan semata
dan selesai kuliah langsung pulang ke rumah atau ke kosannya. Sementara untuk informasi lainnya yang
ada di kampus
ia hiraukan jika
tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Sebaiknya, kita jangan mencontoh
mahasiswa yang demikian. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa sejati dan mampu memberikan dampak
positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus.
Kadang ada juga yang
pernah saya dengar istilah mahasiswa “kuda-kuda (kuliah dagang-kuliah dagang)
ini sih bagus untuk menambah uang jajan ataupun menambah penghasilan”, ada juga
istilah mahasiswa “kupa-kupa ( kuliah pacaran-kuliah pacaran) ini apa
manfaatnya ya, saya pun kurang tau apa manfaat ini, ke kampuskan untuk
belajar”, dan banyak lagi istilahnya tapi saya hanya ingat ini saja.
Manfaat Ikut Organisasi Mahasiswa di Kampus
Dengan mengikuti
organisasi mahasiswa, manfaatnya banyak sekali untuk masa depan seorang mahasiswa. Dengan catatan, kita berperan sebagai partisipan aktif, bukan
sebagai anggota yang sekedar terdaftar namanya saja dan jarang mengikuti
kegiatan yang diadakan. Kalau hanya namanya yang
terdaftar, kita akan melewatkan kesempatan-kesempatan untuk mempelajari soft
skills yang nantinya berguna di dunia kerja. Manfaatnya ikut organisasi
mahasiswa antaralain :
a. Melatih Kepemimpinan (Leadership)
Ketika ikut organisasi, pastinya akan ada banyak hal yang harus kita urus seperti
acara-acara organisasi, yang tentunya melibatkan banyak orang, baik itu sesama
mahasiswa anggota organisasi ataupun orang-orang di luar organisasi. Mahasiswa
yang ikut organisasi kampus umumnya memiliki sikap dan karakter yang lebih
aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Mereka lebih banyak terlatih
dalam mengutarakan pendapat dihadapan orang lain ataupun menggerakkan dan
mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika organisasi sedang mengadakan
suatu acara. Jika saat ini belum terbayang seperti apa rasanya mengarahkan
teman-teman sendiri, jika nanti sudah berpartisipasi dalam organisasi, sadar
atau tidak sadar, kita akan terperangah bahwa sesungguhnya kita mampu melakukannya.
Di dunia kerja, keterampilan leadership ini pasti bermanfaat sekali.
Seringkali di lowongan-lowongan kerja memasukkan leadership sebagai
salah satu kriteria untuk calon karyawan barunya, meskipun untuk posisi level
staf yang sebenarnya tidak memiliki bawahan. Kita yang mengikuti
organisasi mahasiswa dipandang lebih memiliki inisiatif serta dapat memotivasi
dan mengarahkan diri sendiri dan rekan dalam bekerja. Atasan juga lebih
senang karena tidak harus mengarahkan kita terus menerus.
b. Belajar Mengatur Waktu
Dengan ikut organisasi, memang waktu yang biasa kamu gunakan untuk
belajar dan mengerjakan tugas akan berkurang. Sementara itu, kuantitas tugas
kuliah tetap sama saja antara kamu yang ikut organisasi dan teman-teman lain
yang tidak ikut organisasi. Agar keduanya dapat berjalan sama-sama lancar dan
tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik mutlak harus lakukan. Mungkin
pada awalnya, kita akan sedikit kewalahan membagi waktu untuk kuliah dan organisasi.
Tapi, semakin lama kita akan semakin terbiasa. Selanjutnya, kebiasaan ini dapat terus terbawa
sepanjang sisa hidup kita. Setelah bekerja di kantor nanti, kita akan lebih terlatih dalam mengelola
tugas-tugas yang jumlahnya tidak sedikit dan menetapkan prioritas tugas mana
yang harus lebih dulu dikerjakan.
c.
Memperluas Jaringan (Networking)
Di dalam organisasi akan banyak orang baru yang kita kenal. Teman-teman
mahasiswa seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan lain, orang lain atau
praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kita pilih, dan sebagainya. Mereka ini (bisa juga
disebut sebagai jaringan) jangan diremehkan, karena merupakan aspek yang
penting, terutama bagi fresh graduate dan mereka yang sedang
mencari pekerjaan. Dari mereka, kamu akan dapat memperoleh informasi mengenai
lowongan pekerjaan. Entah itu dari kantor tempat mereka bekerja atau dari
informasi yang mereka miliki. Dan menurut kebiasaan di berbagai perusahaan,
rekomendasi kandidat dari karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut
biasanya prosesnya bisa lebih cepat, karena mereka telah memiliki gambaran dari
karyawan dalam tersebut mengenai kita sebagai calon karyawan baru.
d.
Mengasah Kemampuan Sosial
Mereka yang tergabung dalam organisasi, umumnya secara sosial juga
lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Jika ikut organisasi,
kita juga akan terlatih
berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang. Tidak hanya teman-teman satu
jurusan, tapi juga dengan teman-teman dari program studi yang lain. Dengan ini,
tentu akan semakin memperluas pemahaman kita akan berbagai karakteristik orang. Sesuai
pengetahuan umum, manusia adalah individu unik. Semakin luas
pergaulan kita, maka pemahaman kita akan manusia dapat semakin kaya. Saat bekerja
nanti, keterampilan ini akan sangat membantu. Kita akan lebih berpengalaman berinteraksi dengan
berbagai karakter rekan kerja, sehingga nantinya akan memudahkan kinerjanya kita.
e.
Penyelesain Masalah (Problem Solving) atau Manajemen Konflik
Banyak berinteraksi dengan orang dengan berbagai karakteristiknya,
merupakan hal yang lumrah jika satu atau dua kali terlibat konflik dengan
mereka. Demikian juga di dunia kerja, di mana deadline yang mendesak,
rekan kerja yang kurang kooperatif atau sukanya menjatuhkan rekan kerja di
depan atasan, dan lainnya yang rentan menimbulkan konflik. Jika sudah terbiasa
mengatasi masalah dan konflik, kita tidak akan kaget lagi dan sudah terbayang
hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan masalah agar tidak sampai
menurunkan perfoma kerja.
f.
Meningkatkan Wawasan atau Pengetahuan
Setiap orang yang bergabung dalam organisasi
akan menambah wawasan atau pengetahuan. Kalau di dalam kelas, kita hanya
diajarkan teori-teorinya saja tetapi di organisasi kita dituntut untuk
mengaplikasikannya di lingkungan perkuliahan atau masyarakat sekitar. Jika pada
saat di dalam kelas, ada materi yang belum dimengerti, kita bisa berdiskusi
pada saat di organisasi.
g.
Membentuk Pola Pikir yang Baik
Setiap mahasiswa yang aktif di perkulihan
ataupun di organisasi akan membentuk pola pikir yang baik. Selalu berpikir yang
positif jika ada masalah atau problem yang terjadi padanya atau terjadi di lingkungan
sekitar.
h.
Menjadi Kuat Dalam Menghadapi Tekanan
Jika kita yang sudah membentuk pola pikir yang
baik. Dia akan menjadi semakin kuat jika menghadapi tekanan-tekanan yang ada di
dalam perkuliahan atau terjadi pada dia maupun pribadi atau pada orang lain.
Berorganisasi Dalam Pandangan Islam
Dalam Ajaran Islam, kita juga disuruh untuk saling silahturahmi atau
berorganisasi seperti juga berfirman Allah Swt didalam Al-quran pada surah Ali
Imran ayat 103: “Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama)Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai”.
Ini menunjukkan Allah S.W.T menyuruh kepada semua bukan hanya sebahagian
dari umat Islam saja. Bilamana kita dapat bersatu di dalam sebuah organisasi,
segala gerak kerja untuk membangunkan Islam akan dapat dilaksana dengan mudah
seperti kata pepatah “yang berat sama dijunjung yang ringan sama dijinjing”. Malah kita juga dapat bergerak dengan lebih cepat serta dapat
memperluaskan ajaran agama Islam dan
skop gerak kerja Islam.
Selain itu juga, dengan melibakatkan diri kita dangan organisasi
Islam, kita berpeluang
membantu saudara seagama kita yang menderita ditindas seperti di Somalia,
Palestina dan di negara-negara
yang mengalami diskriminasi terhadap umat Islam. Hal ini seiring
dengan sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : “Sesungguhnya setiap
orang mukmin itu bersaudara”.
Malah untuk menggambarkan betapa pentingnya persaudaraan di dalam Islam
itu, Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang itu
hingga dia mengasihi saudaranya (saudara sesama Muslim), sebagaimana dia
mengasihi dirinya sendiri”(hadis riwayat al-Bukhari).
Dengan melibatkan diri kita dengan organisasi Islam, kita dapat membantu
manyumbangkan buah pikiran dalam sesebuah tindakan untuk membangun sebuah sistem
kemasyarakatan yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnsah.Yang mana merupakan
langkah pertama kapada terbentuknya sebuah negara Islam yang mempunyai rakyat
yang berlandaskan kehidupan Islam yang sebenarnya dangan pelaksanaan sistem
perundangan Islam yang barteraskan panduan Al-Quran dan As-Sunnah secara
menyeluruh. Dengan ini, secara tidak lansung wujudlah modal insan ummat Islam
yang benar-benar patuh dan taat kepada
Allah dan juga berkualitas yang akan berjuang untuk agama Islam yang
Allah ridhai.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi
mahasiswa berperan sebagai ajang simulasi atau latihan untuk
membuat perubahan yang ada di dalam diri kita walaupun dalam proses. Hal ini disebabkan karena bangku sekolah atau perkuliahan tidak
mengajari kemampuan-kemampuan yang tergolong soft skills seperti
ini. Saat berada di dalam kelas, kita sebatas mendapat pengetahuan teknis akan
suatu disiplin ilmu. Di buku-buku teks yang banyak dijual di pasaran sebenarnya
banyak mencantumkan teori-teori dan tips-tips praktis mengenai soft skills
ini. Namun jika tidak dipraktekkan ke dalam bentuk perbuatan nyata atau
benar-benar melakukannya, ya percuma saja. Karena berkaitan dengan soft skills ini, ada perbedaan
mendasar antara tahu teori dan mampu mempraktekkannya ke dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk diperkuliahan atau pada saat dunia kerja nantinya.
Berdasarkan pengalaman para orang-orang yang bekerja di perusahaan,
seringkali memiliki riwayat organisasi memang merupakan nilai tambah bagi calon
pegawai baru. Seperti poin-poin mengenai manfaat organisasi di atas, kebanyakan
perusahaan berpendapat bahwa calon pegawai yang memiliki pengalaman organisasi
lebih terlatih jiwa kepemimpinannya, memiliki manajemen waktu yang lebih baik,
jaringannya yang lebih luas, keterampilan interpersonalnya juga lebih baik,
serta pemilihan solusi dan pemecahan masalah yang lebih baik dan lebih terlatih
menyelesaikan konflik jika dibanding mereka yang tidak memiliki pengalaman
organisasi walaupun nilai kuliahnya tinggi.
Mulai saat ini kita sebagai mahasiswa yang
menginginkan kesuksesan datang di kehidupan kita, maka kita harus mengubah
paradigma mahasiswa yang berpikiran kalau “organisasi hanya bisa merusak atau
memberantakan semua prestasi yang akan di dapatkanya di bidang akademik”
menjadi sebuah paradigma pemikiran tentang organisasi bukanlah perusak atau
penghalang prestasi kita di bidang akademik, bahkan dengan organisasi kita
sebagai mahasiswa dapat menjadi mahasiswa yang berprestasi dalam bidang akademik
dan bidang organisasi. Karena, pada dasarnya organisasi sama pentingnya dengan akademik, seorang
mahasiswa belum dikatakan mahasiswa jika ia belum pernah merasakan apa yang
dinamakan organisasi. Jika seorang mahasiswa kegiatannya hanya belajar, itu
tidak beda jauh dengan siswa hanya berganti kostum saja.
Menurut saya, tidak salahnya jika kita belajar
demi nilai yang memuaskan, tapi jangan lupa , kita juga harus menjalin
silahturahmi atau jaringan pergaulan yang luas dan berkualitas yang patut
dibanggakan. Mahasiswa yang punya intelektual tinggi atau pintar, tidak akan
puas dengan sekedar angka tetapi juga gigih membangun komunikasi dengan orang-orang
yang hebat atau terkenal dilingkungan sekitar baik kampus maupun diluar kampus.
Mengejar nilai sama dengan menjalin kuliah dengan buta setelah luluspun belum
tahu akan kemana karirmu mengarah. Dan punya Indeks Prestasi Komulatif (IPK)
tinggi harus juga bisa kita mengaplikasikannya dilingkungan sekitar, apa
gunanya jika punya IPK tinggi namun pengaplikasianya tidak ada. Itu semuanya
hanya sia-sia saja.
Sumber tulisan:
http://tkampus.blogspot.co.id/2012/04/pentingnya-organisasi-bagi-mahasiswa.html,di akses pada hari Minggu,8 januari 2017,
pukul 10.00
http://permataperjuangan.blogspot.co.id/2011/12/pentingnya-berorganisasi-dalam-islam.htnl?m=1 di akses pada hari Minggu,8 januari 2017,
pukul 10.00.
Sumber gambar ilustrasi: http://7manfaat.blogspot.com/
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
UIN-SU dan Kader HMI Cabang Medan, Komisariat Fakultas Tarbiyah UIN-SU
Nb: Tulisan disampaikan pada Diskusi Kelompok Latihan Kader 1 HMI Cabang
Medan dengan Panitia Pelaksana HMI Komisariat Syari’ah UIN-SU, pada Selasa, 10
Januari 20017
0 komentar:
Posting Komentar