HMI dan Gerakan Pembaharuan Islam Dalam Pandangan Seorang Kader

Rabu, 11 Januari 2017 0 komentar
Oleh : Abdul Aziz*

Indonesia adalah negara yang beragam suku dan bangsa, indonesia juga memliki beragram-ragam agama yang ada di negara republik indonesia. Islam adalah agama yang dimiliki mayoritas penduduk di indonesia. Walaupun beragam suku, bangsa dan agama kita adalah saudara setanah dan sebangsa tanah air dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai penyatu bangsa kita. Oleh karna itu faktor, tersebut yang membuat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri, yang awalnya bertujuan untuk mempertahankan negara Indonesia, mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan menyebarkan agama Islam, kemudian sekarang berganti menjadi “membina insan akademis, pencipta, pengambdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT” yang sesuai dengan konteks ke kinian.

Mahasiswa adalah aktivis yang mampu menurunkan kedudukan tertinggi di indonesia, mahasiswa juga dapat membuat negara ini maju dan mundur. Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.

Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut gerakan pembaharuan. Gerakan pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran gerakan pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist Rassullulah SAW.

Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka gerakan pembaharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.

Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
1.      Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
2.      Missi dan Zending agama Kristiani.
3.      Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.

Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan dimanapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata utuh dan benar.

Didalam islam kita harus menjunjung tinggi siar islam sebab pedoman kita yaitu al-quran dan sunnah (hadist). Kita tahu bahwa kasus yang ada bebarapa bulan yang lalu tentang penistaan al-quran, disitu kita lihat beribu-ribu atau berjuta-juta umat manusia yang beragama islam membela kebenaran agamanya untuk menjunjung tinggi siar islam, karna kita adalah sodara dan membela suatu kebenaran untuk tidak saling menjatuhkan.

HMI adalah organisasi yang menjunjung tinggi siar islam, kebenaran islam dengan pedoman quran dan hadist, ber-HMI kita dapat menjadi insan yang lebih baik memiliki akademis yang baik, di tata untuk menjadi insan pengambdi dan di ajar untuk menjadi insan penciptan semua itu bernafaskan islam dan bertanggung jawab untuk kemajauan masyarakat di indonesia serta menjadi insan yang adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.

Kenapa mahasiswa harus ber-HMI? Kita ketahui bahwa organisasi islam terbanyak yang memiliki kadernya salah satunya yaitu HMI, HMI sudah lama berdiri sejak 14 rabiul awal 1366, bertepatan pada 5 febuari 1947. Sudah banyak prestasi-prestasi yang dibuat oleh kader- kader HMI yang mengharumkan negra indonesia.

Sekarang ini banyak mahasiswa sudah tidak lagu tertarik menjadi anggota HMI. Jelas, ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan minat ketertarikan HMI tersebut. Menurut saya, minimal ada dua : Pertama, karena kecenderungan mayoritas yang berubah akibat serbuan budaya pop (generasi multitasking). Kedua, akibat upaya sistematis dan terstruktur yang dilakukan oleh para kompetitor utama HMI seperti PKS (KAMMI), HTI (Gema Pembebasan), dan beberapa kantong Salafiah yang sengaja merebut posisi-posisi penting di struktur BEM, MPM, Himpunan Jurusan, dan masjid-masjid kampus. Mereka sengaja mendesain program Asistensi Agama Islam, Inisisasi Kampus (Ospek), serta kegiatan-kegiatan pengajian dan kerohanian Islam di internal kampus sebagai ajang perekrutan terselubung.

Namun masih ada yang cukup menggembirakan, yakni kantong-kantong Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bidang seni, olah raga, penelitian, minat dan bakat yang hampir tidak bisa dikuasai mereka sama sekali. Karena, selain frame berpikir aktifis UKM yang cenderung bebas, pluralistik, dan terbuka tidak sesuai dengan karakter gerakan Islam transnasional ini, selain itu mereka juga relatif tidak diterima oleh teman-teman UKM. Padahal, jumlah peminat UKM ini jauh lebih besar ketimbang BEM. Nah, saya kira tidak ada salahnya jika anak-anak HMI mulai sekarang menjadikan kantong-kantong UKM sebagai target perkaderan. Biasanya mahasiswa yang cenderung hedonistik, pragmatis, dan study oriented berkumpul di UKM. Menjadi relevanlah dengan agenda kita untuk menjadikan generasi baru “muslim tanpa masjid” sebagai target perkaderan.

Apalagi di kampus-kampus besar sedang digalakkan pendekatan yang bersifat pembaharuan dan kreatif (innovating and creative approach) bagi mahasiswa dengan tradisi baru Ciber Learning Community (E-Un, electronics university). Dengan kondisi ini PB HMI hendaknya segera mendesakkan strategi pembentukan Student Creativity Center di Cabang-Cabang seluruh Indonesia, yang berfungsi sebagai jembatan kader dengan pusat aktifitas mahasiswa seperti unit kegiatan olahraga, seni maupun kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa lainnya.

Sedapat mungkin, lembaga ini merupakan tempat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkan minat bakat, kepemimpinan dan inovasi, termasuk untuk penelitian ataupun bidang usaha seperti enterpreunership atau dalam bentuk busines innovation. Semua kegiatan diatas bisa dikembangkan dengan melakukan upaya sinkronisasi ke jaringan sistem komunikasi atau informasi global. Lima sektor IT sebagai tahap awal yang bisa dikerjakan, yaitu E-Education, E-Government, E-Democracy, E-Business, dan Community-based IT.

Selain itu, yang patut menjadi keperihatinan kita bersama adalah proyek kapitalisasi pendidikan yang melanda hampir semua institusi pendidikan tinggi. Mulai dari status BHMN bagi beberapa PTN, hingga komersialisasi besar-besaran di sektor pendidikan tinggi. Biaya kuliah melonjak naik. Parahnya, mahasiswa miskin terasa tak mungkin lagi untuk mengecap manisnya dunia pendidikan tinggi. Tanggungjawan HMI sebagai organisasi mahasiswalah untuk mengambil sikap dan posisi tegas untuk menolak keras segala macam kebijakan kapitalisasi pendidikan ini yang jelas-jelas telah menyimpang dari pembukaan konstitusi kita, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, HMI secara bersama-sama dengan berbagai elemen gerakan mahasiswa lain harus bahu-membahu bersikap tegas kepada pemerintah untuk mengembalikan esensi dasar bahwa pembiayaan pendidikan merupakan tanggungjawab negara.

Selanjutnya, perlu juga besama-sama direnungkan mengenai apa sesunguhnya HMI itu; mengapa HMI ada, untuk apa HMI ada dan untuk siapa HMI ada. Ketiga pertanyaan tersebut semoga dapat mewakili pandangan terhadap HMI minimal melalui tiga sudut pandang, yaitu teologis, filosofis dan sosiologis. Memang untuk menilai bagaimana HMI kini dan yang akan datang, analisa kita haus dimulai dengan mendudukkan HMI dengan segala variabelnya, di tengah-tengah kita bersama. Kita harus duduk bersama dan menjadikan HMI sebagai “bahan kajian khusus” melalui ketiga pendekatan di atas. Ketiga pendekatan di atas tidak secara rinci dijelaskan melalui tulisan ini, mengingat ruang dan waktu yang relatif terbatas. Meskipun demikian, semoga pada kesempatan yang lain diskusi mengenai hal ini dapat diperluas sekaligus diperinci.

Secara politis bukan berarti HMI secara riil terlibat dalam dinamika politik. Meskipun hal demikian juga tidak secara total harus ditinggalkan (dengan berbagai pertimbangan tertentu). Politis berarti keberadaan HMI dengan segala potensinya mampu melibatkan diri dalam berbagai dinamika kebijakan pemerintah (dari Pusat hingga Daerah). Sehingga dengan itu HMI tidak hanya diperhitungkan dalam setiap keterlibatannya pada dinamika kebijakan Negara, namun juga berada pada posisi signifikan dengan fungsi dan peran yang efektif. Secara praktik berarti ada tindakan nyata atau gerakan sosial yang terencana, sistematis dan memiliki dampak signifikan (gerakan sosial yang efektif). Praktik nyata sebagai wujud gerakan sosial HMI ini, saya lebih nyaman memberinya kosakata “keteladanan lapangan”

Tulisan ini, selain bersifat subjektif, banyak “salah ketik”, tanpa daftar pustaka, juga sangat lemah dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban, saya akan sangat berterimakasih jika terdapat dialog setelah ini. Dengan segala kekurangan dan kelemahan yang dikandung dalam tulisan ini, minimal inilah salah satu proses ber-HMI saya dalam turut membangun HMI. Terimakasih sudah membaca tetap berproses dan jagan menyerah dan selalu menjunjung tinggi siar islam. Jaya HMI bahagi KOHATI.

*Penulis adalah Mahasiswa FMIPA Unimed dan Kader HMI Cabang Medan, Komisariat FMIPA Unimed

Sumber Gambar Ilustrasi : http://www.hmihukumugm.org/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB