Oleh : Abdul Aziz*
Indonesia adalah negara yang beragam
suku dan bangsa, indonesia juga memliki beragram-ragam agama yang ada di negara
republik indonesia. Islam adalah agama yang dimiliki mayoritas penduduk di
indonesia. Walaupun beragam suku, bangsa dan agama kita adalah saudara setanah
dan sebangsa tanah air dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
penyatu bangsa kita. Oleh karna itu faktor, tersebut yang membuat Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) berdiri, yang awalnya bertujuan untuk mempertahankan negara
Indonesia, mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan menyebarkan agama Islam,
kemudian sekarang berganti menjadi “membina insan akademis, pencipta, pengambdi
yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang di ridhoi Allah SWT” yang sesuai dengan konteks ke kinian.
Mahasiswa adalah aktivis yang mampu
menurunkan kedudukan tertinggi di indonesia, mahasiswa juga dapat membuat
negara ini maju dan mundur. Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab
kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu
bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama
sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena
dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran
menghinggapi kita.
Akibat
dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang
keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan
ini disebut gerakan pembaharuan. Gerakan pembaharuan ini ingin mengembalikan
ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini,
bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan
juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran
gerakan pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam
kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist
Rassullulah SAW.
Dengan
timbulnya ide pembaharuan itu, maka gerakan pembaharuan di dunia Islam
bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya
seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905),
Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad
Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan
lain-lain.
Situasi NKRI
Tahun
1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3
(tiga) hal :
1. Penjajahan
itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
2. Missi
dan Zending agama Kristiani.
3. Peradaban
Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah
melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada
tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama
bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi
ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat)
golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu
hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan,
kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya
yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang
terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup
ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang
mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan
hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat
dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada
dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia
kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia
pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang
mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan
manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat
Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah
pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda
dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang
sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan
rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Dengan
mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang
HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para
pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari
HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan
menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan
dimanapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan
nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata utuh dan benar.
Didalam
islam kita harus menjunjung tinggi siar islam sebab pedoman kita yaitu al-quran
dan sunnah (hadist). Kita tahu bahwa kasus yang ada bebarapa bulan yang lalu
tentang penistaan al-quran, disitu kita lihat beribu-ribu atau berjuta-juta
umat manusia yang beragama islam membela kebenaran agamanya untuk menjunjung
tinggi siar islam, karna kita adalah sodara dan membela suatu kebenaran untuk
tidak saling menjatuhkan.
HMI
adalah organisasi yang menjunjung tinggi siar islam, kebenaran islam dengan
pedoman quran dan hadist, ber-HMI kita dapat menjadi insan yang lebih baik
memiliki akademis yang baik, di tata untuk menjadi insan pengambdi dan di ajar
untuk menjadi insan penciptan semua itu bernafaskan islam dan bertanggung jawab
untuk kemajauan masyarakat di indonesia serta menjadi insan yang adil makmur
yang di ridhoi Allah SWT.
Kenapa
mahasiswa harus ber-HMI? Kita ketahui bahwa organisasi islam terbanyak yang
memiliki kadernya salah satunya yaitu HMI, HMI sudah lama berdiri sejak 14 rabiul awal 1366, bertepatan pada 5 febuari 1947. Sudah
banyak prestasi-prestasi yang dibuat oleh kader- kader HMI yang mengharumkan
negra indonesia.
Sekarang ini
banyak mahasiswa sudah tidak lagu tertarik menjadi anggota HMI. Jelas, ada
banyak faktor yang menyebabkan penurunan minat ketertarikan HMI tersebut.
Menurut saya, minimal ada dua : Pertama, karena kecenderungan mayoritas yang
berubah akibat serbuan budaya pop (generasi multitasking). Kedua, akibat upaya
sistematis dan terstruktur yang dilakukan oleh para kompetitor utama HMI
seperti PKS (KAMMI), HTI (Gema Pembebasan), dan beberapa kantong Salafiah yang
sengaja merebut posisi-posisi penting di struktur BEM, MPM, Himpunan Jurusan,
dan masjid-masjid kampus. Mereka sengaja mendesain program Asistensi Agama
Islam, Inisisasi Kampus (Ospek), serta kegiatan-kegiatan pengajian dan
kerohanian Islam di internal kampus sebagai ajang perekrutan terselubung.
Namun masih
ada yang cukup menggembirakan, yakni kantong-kantong Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) bidang seni, olah raga, penelitian, minat dan bakat yang hampir tidak
bisa dikuasai mereka sama sekali. Karena, selain frame berpikir aktifis UKM
yang cenderung bebas, pluralistik, dan terbuka tidak sesuai dengan karakter
gerakan Islam transnasional ini, selain itu mereka juga relatif tidak diterima
oleh teman-teman UKM. Padahal, jumlah peminat UKM ini jauh lebih besar
ketimbang BEM. Nah, saya kira tidak ada salahnya jika anak-anak HMI mulai
sekarang menjadikan kantong-kantong UKM sebagai target perkaderan. Biasanya
mahasiswa yang cenderung hedonistik, pragmatis, dan study oriented berkumpul di
UKM. Menjadi relevanlah dengan agenda kita untuk menjadikan generasi baru
“muslim tanpa masjid” sebagai target perkaderan.
Apalagi di
kampus-kampus besar sedang digalakkan pendekatan yang bersifat pembaharuan dan
kreatif (innovating and creative approach) bagi mahasiswa dengan tradisi baru
Ciber Learning Community (E-Un, electronics university). Dengan kondisi ini PB
HMI hendaknya segera mendesakkan strategi pembentukan Student Creativity Center
di Cabang-Cabang seluruh Indonesia, yang berfungsi sebagai jembatan kader
dengan pusat aktifitas mahasiswa seperti unit kegiatan olahraga, seni maupun
kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa lainnya.
Sedapat
mungkin, lembaga ini merupakan tempat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam menumbuhkan minat bakat, kepemimpinan dan inovasi, termasuk untuk
penelitian ataupun bidang usaha seperti enterpreunership atau dalam bentuk
busines innovation. Semua kegiatan diatas bisa dikembangkan dengan melakukan
upaya sinkronisasi ke jaringan sistem komunikasi atau informasi global. Lima
sektor IT sebagai tahap awal yang bisa dikerjakan, yaitu E-Education,
E-Government, E-Democracy, E-Business, dan Community-based IT.
Selain itu,
yang patut menjadi keperihatinan kita bersama adalah proyek kapitalisasi
pendidikan yang melanda hampir semua institusi pendidikan tinggi. Mulai dari
status BHMN bagi beberapa PTN, hingga komersialisasi besar-besaran di sektor
pendidikan tinggi. Biaya kuliah melonjak naik. Parahnya, mahasiswa miskin
terasa tak mungkin lagi untuk mengecap manisnya dunia pendidikan tinggi.
Tanggungjawan HMI sebagai organisasi mahasiswalah untuk mengambil sikap dan
posisi tegas untuk menolak keras segala macam kebijakan kapitalisasi pendidikan
ini yang jelas-jelas telah menyimpang dari pembukaan konstitusi kita, yakni
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, HMI secara bersama-sama dengan
berbagai elemen gerakan mahasiswa lain harus bahu-membahu bersikap tegas kepada
pemerintah untuk mengembalikan esensi dasar bahwa pembiayaan pendidikan
merupakan tanggungjawab negara.
Selanjutnya,
perlu juga besama-sama direnungkan mengenai apa sesunguhnya HMI itu; mengapa HMI
ada, untuk apa HMI ada dan untuk siapa HMI ada. Ketiga pertanyaan tersebut
semoga dapat mewakili pandangan terhadap HMI minimal melalui tiga sudut
pandang, yaitu teologis, filosofis dan sosiologis. Memang untuk menilai
bagaimana HMI kini dan yang akan datang, analisa kita haus dimulai dengan
mendudukkan HMI dengan segala variabelnya, di tengah-tengah kita bersama. Kita
harus duduk bersama dan menjadikan HMI sebagai “bahan kajian khusus” melalui
ketiga pendekatan di atas. Ketiga pendekatan di atas tidak secara rinci
dijelaskan melalui tulisan ini, mengingat ruang dan waktu yang relatif
terbatas. Meskipun demikian, semoga pada kesempatan yang lain diskusi mengenai
hal ini dapat diperluas sekaligus diperinci.
Secara
politis bukan berarti HMI secara riil terlibat dalam dinamika politik. Meskipun
hal demikian juga tidak secara total harus ditinggalkan (dengan berbagai
pertimbangan tertentu). Politis berarti keberadaan HMI dengan segala potensinya
mampu melibatkan diri dalam berbagai dinamika kebijakan pemerintah (dari Pusat
hingga Daerah). Sehingga dengan itu HMI tidak hanya diperhitungkan dalam setiap
keterlibatannya pada dinamika kebijakan Negara, namun juga berada pada posisi
signifikan dengan fungsi dan peran yang efektif. Secara praktik berarti ada
tindakan nyata atau gerakan sosial yang terencana, sistematis dan memiliki
dampak signifikan (gerakan sosial yang efektif). Praktik nyata sebagai wujud
gerakan sosial HMI ini, saya lebih nyaman memberinya kosakata “keteladanan
lapangan”
Tulisan
ini, selain bersifat subjektif, banyak “salah ketik”, tanpa daftar pustaka,
juga sangat lemah dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, sebagai
bentuk pertanggungjawaban, saya akan sangat berterimakasih jika terdapat dialog
setelah ini. Dengan segala kekurangan dan kelemahan yang dikandung dalam
tulisan ini, minimal inilah salah satu proses ber-HMI saya dalam turut
membangun HMI. Terimakasih sudah membaca tetap berproses dan jagan menyerah dan
selalu menjunjung tinggi siar islam. Jaya HMI bahagi KOHATI.
*Penulis adalah Mahasiswa FMIPA Unimed dan Kader HMI
Cabang Medan, Komisariat FMIPA Unimed
Sumber Gambar Ilustrasi : http://www.hmihukumugm.org/
0 komentar:
Posting Komentar