Teori Plato tentang Pengingatan-Kembali Sebagai Sumber Pokok Pengetahuan

Sabtu, 18 Februari 2017 0 komentar
Teori Plato tentang "Pengingatan-Kembali" adalah teoriyang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi mengingatkan kembali tentang informasi-informasi yang telah lebih dulu diperoleh. Teori ini diciptakan oleh Plato (abad ke-5 SM). Ia mendasarkannya pada filsafat tertentunya tentang "alam ide" dan keazalian jiwa. Plato yakin bahwa jiwa manusia ada dalam bentuk berdiri sendiri, terlepas dari badan, sebelum badan itu ada. Karena wujud jiwa itu bebas sebebas-bebasnya dari materi, ia berhubungan dengan alam ide, realitas-realitas yang bebas dari materi dan dapat mengetahuinya.

Ketika ia (jiwa atau alam ide-ed) harus turun dari alam imaterialnya untuk disatukan dengan badan dan dikaitkan dengannya di alam materi, hilanglah semua yang diketahuinya dari alam ide dan realitas-realitas yang tetap, serta lupa sama sekali akan realitas-realitas tadi. Tetapi, ia kemudian mulai memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan gagasan-gagasan (ide-ide) tertentu dan hal-hal partikular. Sebab, semua konsep dan hal-hal partikular itu adalah bayangan dan pantulan dari alam-ide dan realitas-realitas azali (abadi) di dunia yang di dalamnya jiwa itu pernah hidup. Jika ia telah menginderai suatu ide tertentu, pindahlah ia seketika ke realitas ideal yang telah diketahuinya sebelum ia dikaitkan dengan badan.

Berdasarkan itu, pengetahuan kita mengenai manusia universal, yaitu ide tentang ide manusia secara universal tak lain adalah pengingatan-kembali realitas abstrak yang telah kita lupakan. Kita hanya dapat mengingatnya kembali dengan menginderai manusia tertentu atau individu tertentu yang mencerminkan realitas abstrak itu di alam materi.

Jadi, konsepsi-konsepsi umum itu mendahului penginderaan. Penginderaan tidak akan terlaksana kecuali dengan proses melacak dan mengingat-kembali konsepsi-konsepsi tadi. Pengetahuan-pengetahuan rasional tidak berkaitan dengan hal-hal partikular dalam indera. Tetapu, ia hanya berkaitan dengan realitas-realitas universal abstrak tersebut.

Teori ini berdasarkan atas dua proposisi berikut: Pertama, bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi daripada alam materi. Kedua, bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang realitas-realitas yang tetap di alam yang lebih tinggi, yang oleh Plato disebutkan dengang archetypes.

Kedua proposisi itu salah, seperti diterangkan oleh para kritikus filsafat Plato. Jiwa, dalam arti filosofis-rasional, bukanlah sesuatu yang maujud secara terpisah dalam bentuk abstrak sebelum adanya badan ia adalah hasil gerak substansial di dalam materi. Mula-mula jiwa mulai dengan gerak ini sebagai materi dengan sifat-sifat materi dan tunduk kepada hukum-hukum materi. Dengan sarana gerak dan proses penyempurnaan ini, ia menjadi wujud immaterial, tidak lagi bersifat material, dan tidak tunduk kepada hukum-hukum materi, meskipun tunduk kepada hukum-hukum umum wujud.

Konsep filsafat jiwa inilah satu-satu konsep yang dapat menjelaskan persoalan dan dapat menafsirkan secara rasional hubungan antara jiwa dan materi, antara jiwa dan badan. Sedangkan konsep Platonik yang mengasumsikan jiwa sebagai sudah ada sebelum badan adalah konsep yang paling lemah dalam menafsirkan hubungan antara jiwa dan badan tersebut. Juga, ia tidak dapat menjelaskan kondisi-kondisi yang membuat jiwa itu turun dari peringkatnya sendiri ke peringkat materi.

Di samping itu, pengetahuan rasional dapat dijelaskan dengan menyisihkan pemikiran "alam-ide" dari pembahasan dengan apa yang telah diuraikan Aristoteles (muridnya Plato-abad ke-4 SM), yaitu bahwa konsep-konsep inderawi itu sama dengan konsep-konsep universal yang diketahui oleh pikiran sesudah mengabstraksikan karakteristik-karakteristik individualnya dan menyisakan gagasan umumnya. Manusia universal yang kita persepsikan bukanlah realitas ideal yang sudah kita saksikan di alam yang lebih tinggi. Tetapi, ia adalah bentuk (form atau shurah) manusia ini atau itu sesudah terkena proses abstraksi yang dengan cara itu gagasan universal disarikan darinya.




Catatan: Tulisan di atas adalah tulisan Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr yang disadur dari bukunya yang berjudul Falsafatuna (Filsafat Kita).
Posted: Ibnu Arsib Ritonga

Sumber gambar ilustrasi: https://artikelbandem.blogspot.co.id/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB