Rene Descartes: Penyusun Sistem Pengetahuan Baru

Senin, 20 Februari 2017 0 komentar
Rene Descartes lahir pada 31 Maret 1596, di sebuah kota kecil di Touraine bernama La Haye (biasa dipanggil La Haye-Descartes atau Descartes saja). Ketia ia berusia kira-kira sepuluh tahun, ayahnya mengirimnya ke College Henri IV di La Fleche, sekolah baru yang segera menjadi simbol pendidikan Jesuit sekaligus salah satu pusat akademi pelatihan terkemuka di Eropa.

Dalam hidupnya kemudian, Descartes merasa bangga pada pendidikan klasik yang diterimanya dari para Jesuit, meskipun ia seringkali tidak sependapat dengan ajaran para Jesuit itu kepadanya. Ia tidak menyukai, terutama Aristotelianisme skolastik yang diajarkan di sana, meskipun ia menyukai latiha-latihan dalam disiplin lain, khususnya matematika.

Descartes meninggalkan di La Fleche pada tahun 1614 untuk mempelajari hukum sipil da perundangan di Poitiers, dan tahun 1616 ia mempelroleh gelar sarjana muda dan ijazah dalam bidang hukum. Pada tahun 1618 Descartes bergabung dengan pasukan Pangeran Maurice dari Nassau sebagai sukarelawan, tapi nampak ia tidak pernah bertempur. Sepertinya ia lebih tertarik menggunakan fasilitas militer sebagai sarana untuk melihat dunia.

Selama tugas di Jerman, terjadilah beberapa peristiwa yang penting dalam hidup Descartes. November 1619, ia sedang duduk di atas poele, ruang kecil yang dihangatkan dengan tungku api, sambil merenungkan kekacauan dan ketidakpastian pengetahuan. Ia sangat kagum pada matematika, ilmu pengetahuan yang di dalamnya ia temukan kepastian, keharusan dan ketepatan. Bagaimana menciptakan suatu dasar pengetahuan sehingga semua pengetahuan mempunyai keutuhan dan kepastian yang sama seperti matematika?

Kemudian, sekilas Descartes menemukan satu metode untuk mendapatkan semua ilmu dan pengetahuan di atas suatu pikiran yang kokoh. Metode ini akan memperjelas bagaimana membangun pengetahuan baru dan semua pengetahuan yang telah ada menjadi pasti dan menyatu. Malam itu Descartes mengalami serangkaian mimpi yang menggambarkan seolah-olah ia mendapatkan isyarat Ilahi untuk melaksanakan proyeknya. Tak lama kemudian Descartes meninggalkan dinas kemiliteran.

Sepanjang masa-masa hidupnya, Descartes merasa frustasi dan tak berdaya menyelesaikan tugas yang telah dimulainya: menyusun dasar yang baru dan stabil bagi semua pengetahuan. Ia mempunyai impian proyektif, tapi ia tampak kehilangan harapan mengerjakannya secara detail. Dengan demikian, mungkin kita punya penjelasan kena di masa itu Descartes menenggelamkan dirinya dalam upaya mengejar kesenangan duniawi. Berkelana, berjudi, dan berduel nampaknya paling menarik perhatiannya.

Cara hidup seperti ini berakhir pada tahun 1628, ketika dengan dorongan Cardinel de Berulle, Descartes memutuskan untuk menyelesaikan programnya. Ia meninggalkan Prancis untuk menjauhi kehidupan sosial yang glamor, ia meninggalkan godaan-godaan duniawi yang bisa membuat ia terlena lalu melupakan sesuatu yang sebenarnya merupakan panggilan kebenaran baginya. Ia bertolak ke negeri Belanda, di mana ia hidup selanjutnya selama dua puluh tahun.

Selama masa itulah Descartes mulai menyusun Rules for the Direction of the Mind dan menulis suatu risalah singkat perihal metafisika, meskipun yang terdahulu tidak dipublikasikan selama hidupnya dan bahkan yang terakhir sudah dimusnahkannya sendiri. Masa-masa awal tahun 1930-an, ia dipenuhi dengan persoalan-persoalan ilmiah. Namun, Descartes tiba-tiba mengubah rencana-rencana publikasi setelah mengetahui pemeriksaan pengadilan Galileo di Roma. Descartes memutuskan, filsafat tidak boleh menjadi korban untuk kedua kalinya, sebagaimana yang terjadi pada Aristoteles beberapa abad sebelumnya. Ia menangguhkan risalah ilmiahnya, The Word or Treatise in Light.

Pada tahun 1637, Descartes mempublikasikan karyanya, Discourse on the Method for Conducting One's Reason Right and for Searching for Truth in Sciences dalam bahasa Prancis. Karya ini memperkenalkan tiga risalah sebagai contoh penggunaan metode baru; satu tentang optik, satu lagi tentang geometri dan terakhir tentang meteorologi. Bagian keempat dari pengantar Discourse mengandung banyak sekali dasar filosofis dalam menyusun sistem pengetahuan yang baru.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul, Descartes mempersiapkan pembahasan yang jauh lebih panjang mengenai fondasi filsofis pandangannya tentang pokok pengetahuan manusia yang utuh dan pasti. Jawaban ini berupa karyanya Meditation on First Philosophy, disempurnakan pada musim semi tahun 1640, tapi belum dipublikasikan hingga Agustus 1641. Meditations dilampiri dengan serangkaian sanggahan dan pertanyaan yang dikirim oleh pembaca yang telah membaca menuskripnya, ditambah dengan jawaban Descartes atas setiap pertanyaan.

Periode setelah publikasi Meditations ditandai dengan pelbagai kontroversi dan polemik. Para pengikut Aristoteles, baik Katolik maupun Protestan merasa tersinggung, dan banyak orang yang tidak mengerti ajaran Descartes menganggapnya sebagai seorang ateis dan pembuat bid'ah. Meskipun mendapat banyak hunyatan, Descartes berharap ajaran-ajarannya akan menggantikan ajaran Aristoteles.

Hingga ini berakhir, ia mempublikasikan Principles of Phylosophy pada tahun 1644, sebuah risalah yang terdiri dari empat bagian yang diharapkannya akan menggantikan buku pedoman Aristotelian skolastik yang digunakan dikebanyak universitas. Karya terakhir yang amat penting yang dipublikasikan selama masa hidupnya adalah Passions of the Soul, di dalamnya Descartes banyak mengeksplorasi pelbagai topik seperti hubungan antara jiwa dan tubuh, asal usul emosi, dan peran kehendak dalam mengendalikan emosi.

Pada tahun 1649, Ratu Christina dan Swedia meyakinkan Descartes untuk datang ke Stockholm untuk mengajarinya filsafat. Tapi sepertinya Christina menganggap Descartes lebih sebagai ornamen istana untuk menghiburnya dari pada sebagai filsuf yang hebat; bagaimanapun, musim dingin yang ganas pada tahun 1649 ternyata sebagai kejatuhan Descartes. Di tengah iklim Swedia, Descartes mengatakan: "Kelihatanya pikiran orang-orang membeku selama musim dingin, seperti air yang membeku". Descartes terserang penyakit pneumonia (infeksi atau peradagang pada pernapasan-posted) pada awal Februari di tahun 1650, dan setelah lebih dari seminggu menderita penyakit ini, ia meninggal pada tanggal 11 Februari.




Catatan: Tulisan di atas disadur dari Pengantar Editor Edisi Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada karyanya Rene Descartes, Diskursus & Metode.

Posted by: Ibnu Arsib Ritonga

Sumber gambar ilustrasi: http://historyoflinearalgebra.weebly.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB