Politik

Selasa, 14 Februari 2017 0 komentar
Banyak orang menganggap bahwa politik itu adalah cara yang kotor dan juga banyak orang yang bias ketika mendengar dan membicarakan tentang politik. Seorang tokoh mahasiswa, Soe Hok Gie, pernah berkata bahwa politik iti adalah lumpur-lumpur yang kotor/busuk. Di Yunani, politik itu dikatakan adalah sebagai alat yang suci untuk mendirikan negara/kota yang suci. Ada juga ilmuwan-ilmuawan dan para politisi berkata bahwa politik itu sangat erat kaitannya dengan kekuasaan. Sebagian lagi berpendapat bahwa politik itu suatu cara untuk mencapai tujuan pribadi dan kolektif untuk merubah tatanan, atau sesuatu apa yang dituju.

Bagi saya, sah-sah saja mereka mengatakan demikian. Mungkin pada masa itu, seperti itulah yang dialaminya, itulah yang mereka lihat, itulah yang mereka rasakan dan itulah konsep-konsep apa yang akan diaplikasikan dan yang mereka dapatkan di dunia pendidikan formal dan informal (lingkungan). Menurut saya, politik itu sangat penting, dan ia tidak datang dengan sendirinya, tapi datang ketika apa yang akan dilakukan terbentur dengan masalah yang tidak diinginkan. Politik itu adalah usaha yang sadar untuk mencapai tujuan yang menuju pada kebaikan.

Bukan hanya politisi (seseorang yang aktif di Badan Legislatif dan di Partai Politik) yang bisa berpolitik. Berpolitik itu tidak harus dengan kekuasaan. Tapi, setiap orang (Petani, Guru, Buruh, Tokoh Agama dan setiap orang) dapat berpolitik. Berpolitik harus dengan kesadaran yang suci, sesuai dengan apa yang diinginkannya (dalam hal positif). Segala usaha atau cara yang dilakukan dengan tidak sadar untuk menggapai tujuannya bukanlah politik namanya.

Dalam tulisan singkat ini, mohon maaf, saya tidak lagi membahas tentang apa politik itu secara etimologi (bahasa), berasala dari kata mana, sejenis makhluk apa itu, siapa pencetusnya dan dari mana mulanya. Bagi saya, politik itu bukanlah wawasan dan ilmu. Tapi, politik itu lebih jauh pengertiannya dari informasi-informasi. Politik itu dapat meluas dari kedua-duanya kemudian bebas melakukan apa yang dimau, tentunya dalam koridor keadilan.

Tidak ada gunanya kita membenci politik. Membenci politik membuat hidup semakin sempit, membuat manusia semakin tertinggal. Politik dan praktik politik yang diperankan para politisi saat ini janganlah kita jadikan tolak ukur bahwa politik itu tidak baik, sampai kita membencinya. Yang mereka lakukan adalah penyimpangan dari hakikat sejatinya politik. Ketika kita menginginkan parah buruh maju, pendidikan maju dengan tenaga pengajar yang berkualitas, petani yang dapat menghasilkan komoditi pertanian, dan berkeinginan agama tetap ada dan adat-budaya tertanam di hati kita, maka kita harus berpolitik. Tidak mesti ikut dengan partai politik baru dikatakan berpolitik.
Dari paragraf sebelum-sebelumnya, penulis mengatakan bahwa politik itu sangat luas. Artinya, politik itu tidak terpusat pada ilmu, wawasan, terpusat pada kekuasaan. Selama pengalaman hidup, saya belum pernah menemukan adanya agama, paham, ajaran yang melarang berpolitik. Kalau ada pun melarangnya, berarti dia ingin kita tertinggal, masyarakat tertinggal dalam bersosial.

Dikehidupan yang saya lihat, ada seorang sudah dua puluh tahun berdagang kecil-kecilan, tapi tidak meningkat-ningkat menjadi pedagang menengah. Ada seorang yang sudah puluhan tahun menjadi guru tidak bisa menciptakan ide-ide dan gagasan progresif, tidak dapat menciptakan karya-karya tulis yang menjadi acuan juga menjadi motivasi bagi murid-muridnya. Guru tersebut hanya banyak murid dan hanya dikenal oleh murid-muridnya dengan berbagai “gelar”. Selama hidup saya, penulis banyak melihat dan mendengar ratusan penceramah-penceramah agama hanya banyak bicara kemiskinan, tapi tetangganya terus dilanda kemiskinan. Bahkan banyak sekali tokoh-tokoh agama yang membicarakan keadilan tapi takut pada penguasa yang menindas. Ratusan Profesor/Guru Besar di Indonesia ini tidak dapat mengendalikan penguasa-pengusa yang korup dan mementingkan kelompoknya.

Apa penyebab itu semua? Menurut penulis, politiklah yang kurang dalam diri mereka. Mereka berpikir bahwasanya politik itu hanya satu bidang saja (kekuasaan negara-sistem negara). Mereka dengan tidak tepat mengajarkan atau melakukan praktik politik. Politik masih dianggap hanya mencapai kekuasaan. Ada yang berpikiran bahwa berpolitik itu harus dengan modal materi (ongkos politik) yang mahal. Padahal bukan seperti itu. Masih ada yang tidak percaya diri dengan keintelektualan dia dalam memerankan politik (di luar pemerintahan) yang pro-rakyat.

Tujuan politik itu dapat terjalankan apabila berada ditangan orang-orang yang peduli kepada rakyat. Politik itu terjalankan ketika dipegang oleh orang-orang yang merasakan akan penderitaan masyarakat. Berpolitik itu tidaklah hanya ajang menunjukkan siapa yang terhebat. Tapi, berpolitik itu siap mengabdikan diri untuk rakyat dan bangsanya.


Penulis: Ibnu Arsib Ritonga
Sumber gambar ilustrasi: https://assia-assistance.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB