Oleh: Julianti Nasution*
HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) adalah organisasi berbasis kemahasiswaan tertua dan
terbesar di Indonesia. Yang di dirikan oleh ayahanda Lafran Pane, ketika saat
pendiriannya menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan untuk
mengusungkan niat beliau. Tetapi beliau (Lafran Pane) tetap teguh kepada
prinsipnya untuk membentuk organisasi mahasiswa bernafaskan Islam. Dengan
berbagai macam cara Lafran Pane akhirnya berhasil mendirikan HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 rabiul awal
1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di jalan
Setyodiningrat No. 30 (sekarang jalan Senopati) Yogyakarta.
Lafran
Pane lahir di Padangsidempuan pada 5 Februari 1922, latar belakang berdirinya
HMI, diantaranya selain penjajahan oleh Belanda dan tuntutan kemerdekaan di
tengah pergolakan nasional, HMI muncul sebagai organisasi mahasiswa pertama
yang memakai label Islam. HMI berdiri karena banyaknya kesenjangan yang
menimbulkan tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan bangsa Indonesia.
Gerakan mahasiswa yang lahir pada Rabu Pon pada pukul 16.00 WIB ini di yakini
kelak akan menjadi wadah pengkaderan bagi calon-calon pemimpin bangsa.
Sementara
itu, selain Lafran Pane sebagai tokoh pemula, terdapat juga pendiri HMI yang terdiri
antara lain seperti Karnoto Zarkasyi dari Ambarawa, Dahlan Husein, Mansyur, dan
Siti Zaenah dari Palembang, Maisaroh Hilal dari Singapura, Suwali dan Yuzdi
Ghozali dari Semarang, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak,
dan Toha Mashudi dari Malang, serta Baidron Hadi dari Yogyakarta.
Dinamika
perkembangan Himpunan Mahasiswa Islam yang seiring dengan bangsa Indonesia
telah memasuki sekat-sekat zaman. Paradigma yang berkembang saat ini adalah
sulit suatu organisasi untuk keluar dari jalur politik dan bahkan cenderung
memainkannya di dalam organisasi tersebut. Tekanan politik pemerintah pada
zaman orde baru saat itu telah membuat HMI terpecah menjadi dua. Kejadian itu terjadi
pada saat kongres HMI ke-16 di Padang, Sumatera Barat, dimana ada dualisme.
Suatu
kesungguhan yang di sertai usaha yang tertib, teratur, terencana untuk mengubah
kondisi yang buruk menjadi lebih baik adalah usaha perjuangan HMI dalam
membangun intelektual para kader-kader HMI. Dalam mencapai tujuan atau usaha
untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan pastilah memiliki cara-cara
tersendiri bagi individu yang ingin mencapainya. Tak terlepas juga di dalamnya
satu kata yaitu “gagal”. Banyak orang yang ingin menggapai tujuannya, tetapi
tidak sesuai dengan apa yang di rencanakan. Apa yang akan kita lakukan jika hal
tersebut terjadi pada diri kita? Jika kita menjawab akan mencoba lagi, begitu
juga dengan saya. Saya juga akan mencoba jika tujuan yang ingin saya capai
belum terwujud.
Kenapa
terjadi kegagalan? Karena kita tidak belajar dari orang yang pernah gagal.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengajarkan perjuangan HMI sedari dulu. Secara
logika orang yang pernah gagal adalah orang yang memiliki banyak pengalaman di
bandingkan orang yang tidak pernah gagal. Tapi tidak menutup kemungkinan juga
kepada orang yang mau bersungguh-sungguh berusaha tanpa harus melewati
kegagalan.
Setiap
orang memiliki perjuangannya sendiri tanpa terkecuali kader-kader HMI yang
berperan sebagai pejuang kebebasan dalam berbicara, memberikan pendapat,
menyampaikan apresiasinya dalam hal tertentu. Pejuang dalam hal kebaikan sangat
di harapkan oleh masyarakat umum, terlebih lagi oleh masyarakat yang tak pernah
di dengar suaranya di karenakan pihak yang berwenang menutup mata dan telinga
untuk masyarakat kecil, tak ada rasa keadilan bagi warga negara indonesia yang
“katanya” sudah merdeka, tapi masih banyak orang yang tertindas, tak digapai
uluran tangannya, tidak didengar keluhannya, di abaikan begitu saja bagaikan
sampah yang tidak di perlukan lagi. Sampai disitukah perjuangan kita kepada
rakyatnya sendiri? Di mana rasa simpati “pengurus” ini kepada warganya yang
terlantar, tidak memiliki tujuan hidup, yang tidak dapat berjuang untuk menggapai
tujuan yang di harapkan, yang tidak dapat berperang sebelum dimulai. Apa
langkah yang harus di ambil?
Himpunan
Mahasiswa Islam berazas Islam, bersifat independen, dan berperan sebagai
organisasi perjuangan. Anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam terdiri atas 10
bab dan 20 pasal. Salah satu usaha yang terdapat dalam anggaran dasar Himpunan
Mahasiswa Islam terdapat dalam pasal 5 yaitu “ikut terlibat aktif dalam
penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan”. Disini para kader
di usahakan utuk ikut terlibat dalam meningkatkan sosial masyarakat. Apa yang
harus di lakukan dalam meningkatkan sosial masyarakat ini? apakah harus aksi ke
jalan untuk mendesak para pemimpin tanah air agar supaya mendengar keluh kesah
masyarakat?
Tidak.
Tidak harus aksi ke jalan agar di dengar oleh pemimpin. Para kader HMI tidak
memakai otot untuk menyelasaikan permasalahan, tapi dengan otak/pemikiran yang
masuk akal. Sekarang zaman sudah canggih, kita dapat berbicara dengan orang
luar negeri tanpa harus bertemu, kita dapat melihat sesuatu yang tidak berada
di tempat kita sendiri. Kita gunakan kecanggihan zaman itu dengan baik. Kita
gunakan kecanggihan itu untuk memberikan apresiasi kita kepada pemimpin tanah
air.
Lantas
bagaimana jika dengan cara itu juga tak di dengar? Apa langkah yang akan di
tempuh para kader HMI? Mengapa kader HMI mengambil langkah tersebut?
Himpunan
Mahasiswa Islam telah melahirkan begitu banyak alumni yang tersebar di seluruh
Indonesia dan merata pada hampir seluruh strata tatanan masyarakat. Kuantitas
yang begitu besar, diimbangi oleh kualitas kader yang begitu baik, menunjukkan
sebuah keseimbangan organisasi yang begitu mapan. Sampai hari ini, telah
menyebar pada seluruh wilayah Indonesia dan merambah semua pusat kemahasiswaan
baik Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.
Di
sini penulis masih berproses belajar menjadi ‘sebenarnya’ kader HMI. Masih
banyak yang tidak penulis ketahui. Masih banyak yang ingin dipelajari. Dan
masih banyak kesalahan yang dapat penulis perbuat baik disengaja maupun tidak
disengaja. Oleh karena itu mohon bimbingan serta motivasi agar kita tetap selalu
teguh dalam pendirian seorang kader.
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Teknik Unimed dan Kader HMI Cabang Medan-Komisariat Fakultas Teknik Unimed
Sumber gambar ilustrasi: http://www.hmi-pamulang.com/
0 komentar:
Posting Komentar