Perjuangan HMI dan Kader HMI dalam Pandangan Seorang Kader

Kamis, 09 Maret 2017 0 komentar

Oleh: Julianti Nasution*
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) adalah organisasi berbasis kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia. Yang di dirikan oleh ayahanda Lafran Pane, ketika saat pendiriannya menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan untuk mengusungkan niat beliau. Tetapi beliau (Lafran Pane) tetap teguh kepada prinsipnya untuk membentuk organisasi mahasiswa bernafaskan Islam. Dengan berbagai macam cara Lafran Pane akhirnya berhasil mendirikan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 rabiul awal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di jalan Setyodiningrat No. 30 (sekarang jalan Senopati) Yogyakarta.

Lafran Pane lahir di Padangsidempuan pada 5 Februari 1922, latar belakang berdirinya HMI, diantaranya selain penjajahan oleh Belanda dan tuntutan kemerdekaan di tengah pergolakan nasional, HMI muncul sebagai organisasi mahasiswa pertama yang memakai label Islam. HMI berdiri karena banyaknya kesenjangan yang menimbulkan tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan bangsa Indonesia. Gerakan mahasiswa yang lahir pada Rabu Pon pada pukul 16.00 WIB ini di yakini kelak akan menjadi wadah pengkaderan bagi calon-calon pemimpin bangsa.

Sementara itu, selain Lafran Pane sebagai tokoh pemula, terdapat juga pendiri HMI yang terdiri antara lain seperti Karnoto Zarkasyi dari Ambarawa, Dahlan Husein, Mansyur, dan Siti Zaenah dari Palembang, Maisaroh Hilal dari Singapura, Suwali dan Yuzdi Ghozali dari Semarang, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, dan Toha Mashudi dari Malang, serta Baidron Hadi dari Yogyakarta.

Dinamika perkembangan Himpunan Mahasiswa Islam yang seiring dengan bangsa Indonesia telah memasuki sekat-sekat zaman. Paradigma yang berkembang saat ini adalah sulit suatu organisasi untuk keluar dari jalur politik dan bahkan cenderung memainkannya di dalam organisasi tersebut. Tekanan politik pemerintah pada zaman orde baru saat itu telah membuat HMI terpecah menjadi dua. Kejadian itu terjadi pada saat kongres HMI ke-16 di Padang, Sumatera Barat, dimana ada dualisme.
Suatu kesungguhan yang di sertai usaha yang tertib, teratur, terencana untuk mengubah kondisi yang buruk menjadi lebih baik adalah usaha perjuangan HMI dalam membangun intelektual para kader-kader HMI. Dalam mencapai tujuan atau usaha untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan pastilah memiliki cara-cara tersendiri bagi individu yang ingin mencapainya. Tak terlepas juga di dalamnya satu kata yaitu “gagal”. Banyak orang yang ingin menggapai tujuannya, tetapi tidak sesuai dengan apa yang di rencanakan. Apa yang akan kita lakukan jika hal tersebut terjadi pada diri kita? Jika kita menjawab akan mencoba lagi, begitu juga dengan saya. Saya juga akan mencoba jika tujuan yang ingin saya capai belum terwujud.

Kenapa terjadi kegagalan? Karena kita tidak belajar dari orang yang pernah gagal. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengajarkan perjuangan HMI sedari dulu. Secara logika orang yang pernah gagal adalah orang yang memiliki banyak pengalaman di bandingkan orang yang tidak pernah gagal. Tapi tidak menutup kemungkinan juga kepada orang yang mau bersungguh-sungguh berusaha tanpa harus melewati kegagalan.

Setiap orang memiliki perjuangannya sendiri tanpa terkecuali kader-kader HMI yang berperan sebagai pejuang kebebasan dalam berbicara, memberikan pendapat, menyampaikan apresiasinya dalam hal tertentu. Pejuang dalam hal kebaikan sangat di harapkan oleh masyarakat umum, terlebih lagi oleh masyarakat yang tak pernah di dengar suaranya di karenakan pihak yang berwenang menutup mata dan telinga untuk masyarakat kecil, tak ada rasa keadilan bagi warga negara indonesia yang “katanya” sudah merdeka, tapi masih banyak orang yang tertindas, tak digapai uluran tangannya, tidak didengar keluhannya, di abaikan begitu saja bagaikan sampah yang tidak di perlukan lagi. Sampai disitukah perjuangan kita kepada rakyatnya sendiri? Di mana rasa simpati “pengurus” ini kepada warganya yang terlantar, tidak memiliki tujuan hidup, yang tidak dapat berjuang untuk menggapai tujuan yang di harapkan, yang tidak dapat berperang sebelum dimulai. Apa langkah yang harus di ambil?

Himpunan Mahasiswa Islam berazas Islam, bersifat independen, dan berperan sebagai organisasi perjuangan. Anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam terdiri atas 10 bab dan 20 pasal. Salah satu usaha yang terdapat dalam anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam terdapat dalam pasal 5 yaitu “ikut terlibat aktif dalam penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan”. Disini para kader di usahakan utuk ikut terlibat dalam meningkatkan sosial masyarakat. Apa yang harus di lakukan dalam meningkatkan sosial masyarakat ini? apakah harus aksi ke jalan untuk mendesak para pemimpin tanah air agar supaya mendengar keluh kesah masyarakat?

Tidak. Tidak harus aksi ke jalan agar di dengar oleh pemimpin. Para kader HMI tidak memakai otot untuk menyelasaikan permasalahan, tapi dengan otak/pemikiran yang masuk akal. Sekarang zaman sudah canggih, kita dapat berbicara dengan orang luar negeri tanpa harus bertemu, kita dapat melihat sesuatu yang tidak berada di tempat kita sendiri. Kita gunakan kecanggihan zaman itu dengan baik. Kita gunakan kecanggihan itu untuk memberikan apresiasi kita kepada pemimpin tanah air.
Lantas bagaimana jika dengan cara itu juga tak di dengar? Apa langkah yang akan di tempuh para kader HMI? Mengapa kader HMI mengambil langkah tersebut?

Himpunan Mahasiswa Islam telah melahirkan begitu banyak alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dan merata pada hampir seluruh strata tatanan masyarakat. Kuantitas yang begitu besar, diimbangi oleh kualitas kader yang begitu baik, menunjukkan sebuah keseimbangan organisasi yang begitu mapan. Sampai hari ini, telah menyebar pada seluruh wilayah Indonesia dan merambah semua pusat kemahasiswaan baik Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.


Di sini penulis masih berproses belajar menjadi ‘sebenarnya’ kader HMI. Masih banyak yang tidak penulis ketahui. Masih banyak yang ingin dipelajari. Dan masih banyak kesalahan yang dapat penulis perbuat baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu mohon bimbingan serta motivasi agar kita tetap selalu teguh dalam pendirian seorang kader.


*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Teknik Unimed dan Kader HMI Cabang Medan-Komisariat Fakultas Teknik Unimed

Sumber gambar ilustrasi: http://www.hmi-pamulang.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB