Mahasiswa Tetap Menjadi Tumpuan Masyarakat

Minggu, 19 Maret 2017 0 komentar

Oleh: Hariman Siregar*

Dari mula saya katakan bahwa di negara kita yang masih terbelakang ini, mahasiswa dan pemuda tetap merupakan tumpuan harapan masyarakat. selama institusi-institusi sosial-politik yang semestinya berfungsi social control tidak berjalan, tidak berfungsi efektif, maka mahasiswa dan pemuda diharapkan peranannya oleh masyarakat.

Di dalam kenyataan, kita melihat lembaga-lembaga kontrol sosial yang mestinya menjalankan fungsinya, termasuk check and balance, biasanya tidak berjalan. Lihat saja fungsi lembaga legislatif dan sebagainya yang nampak disfungsional.

Dengan demikian mencuatnya dinamika mahasiswa untuk membela kepentingan masyarakat yang lemah, seperti dalam Kasus Senat Mahasiswa Universitas Indonesia yang membela masyarakat Plumpang, Jakarta, kasus aksi mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang mengecam tata niaga cengkeh via BPPC dan aksi kebulatan tekad mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta baru-baru ini, merupakan sebagian dari rentetan peran mahasiswa yang memang sudah sewajarnya.

Bayangkan, kalau mahasiswa dan pemuda kemudian lesu darah, tidak kritis lagi, apatis, betapa sedih dan susahnya masyarakat. Karena itu, dari segi kekuatan moral dan aksi-aksi untuk membela keadilan sosial bagi masyarakat lemah dan tergusur sudah semestinya mereka begitu.

Mahasiswa dan pemudalah yang tetap diharapkan mengemban amanat penderitaan masyarakat tersebut, tatkala semua institusi kontrol sosial mandeg, tatkala lapisan menengah ke atas yang sudah mapan tidak lagi mau membantu kalangan bawah yang kalah. Saya yakin bahwa kalau ada krisis, apakah itu krisis sosial-politik atau ekonomi, pada akhirnya mahasiswa dan pemudalah yang bergerak memecahkannya. Walaupun dewasa ini dinamika mahasiswa dan pemuda ditekan, namun penekanan itu tidak bisa selamanya.

Maka, bila ada kalangan yang bertanya apakah mahasiswa dan pemuda sekarang sudah mati kreativitas dan kepekaan sosial-politiknya, hemat saya hal itu tidak benar. Sepanjang ada kritis dan masalah yang mendorong mahasiswa berkiprah, mereka akan ambil bagian. Artinya, dinamika mahasiswa dan pemuda pasti tumbuh suatu waktu ketika kondisinya memungkinkan, mereka akan berperan bila ada tantangan dan permasalahan yang pantas untuk dihadapi. Apalagi di Indonesia, sepanjang sejarahnya peran mahasiswa dan pemuda sangat nyata. Jadi, tidak aneh kalau akhir-akhir ini mahasiswa dan pemuda mencoba bangkit kembali sebagai kekuatan moral masyarakat. Walaupun situasi politik pemilu nampak lesu atau dingin, tidak berarti mahasiswa dan pemuda pasif semua.

Lantas, apakah dinamika mahasiswa dan  pemuda dewasa ini akan bisa sebesar dan sehebat sebagaimana yang perhatikan para mahasiswa dan pemuda di masa lalu? Hal itu akan sangat tergantung kepada sejauh mana mobilitas mereka sendiri. Memang, kalau nanti ada dinamika mahasiswa dan pemuda dengan mobilitas yang tinggi dan situasinya memungkinkan, maka gema dan gebrakannya akan tinggi pula. Tetapi kalau dinamika mahasiswa terbatas pada sutu kampus saja, maka itu kan baru riak-riak dari sebuah aktivitas kampus.

Tentu, masyarakat berharap mahasiswa tidak takut, tidak apatis, apalagi kini sudah ada suasana keterbukaan. Karena itu, mahasiswa dan pemuda perlu menyuarakan masalah kemasyarakatan atau kenegaraan secara terbuka. Saya kira, elit negara tidak akan sembarangan melarang begitu saja. Bukankah era keterbukaan dan demokrasi telah digulirkan. Karena itu, wajar dan sudah semestinya kalau mahasiswa bersuara bagi mereka yang lemah dan digusur semena-mena. Dengan demikian, mereka tetap bisa menjadi tumpuan harapan masyarakat kita yang memang memerlukan.



*Hariman Siregar adalah tokoh aktivis mahasiswa Peristiwa MALARI 1974
NB: Tulisan di atas disadur dari buku Hati Nurani Seorang Demonstran. Wawancara Media Indonesia, 23 Maret 1992 kepada Hariman Siregar

Sumber gambar Hariman Siregar muda: http://uniquelatestarticle.blogspot.co.id/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB