Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam
hormat saya kepada seluruh pihak.
Puji syukur kita kepada
Allah SWT yang telah menciptakan kita dengan memberikan akal dan pikiran
beserta keimanan sehingga dapat menjadi ciptaan yang teristimewa dibanding
makhluk Allah lainnya. Atas nikmat-Nya juga, kita dapat beraktivitas setiap
harinya. Di setiap kita, diberikan-Nya masing-masing kelebihan.
Shalawat bertangkaikan
salam, mari kita hadiahkan kepada junjungan alam, Muhammad SAW, penutup seluruh
risalah kenabian dan kerasulan. Atas perjuangannya pula kita merasakan suatu
nilai-nilai kebaikan dan kedamaian ajaran baik di dunia dan akhirat kelak.
Semoga kita mendapatkan syafaatnya di
akhir kelak.
Dengan surat terbuka
ini, mari sejenak mendo’akan keluarga-keluarga Rasulullah SAW, para sahabatnya,
tabi’in, pejuang-pejuang Islam di dunia, pejuang Islam Indonesia secara
khususnya pejuang Islam di UISU yang bergerak dalam ranah pendidikan, semoga
Allah SWT, memberkahi perjuangan mereka.
Lewat surat yan
sederhana ini, marilah kita berdoa sama-sama kiranya Allah membuka hati
orang-orang yang telah mencederai UISU, yang menghilangkan Islam dari UISU,
mendukung secara sadar dan tidak sadar para perusak Islam, mereka yan
mengadaikan independensi dan idealisme mahasiswa UISU, kiranya mereka dirubah
oleh Allah SWT dan UISU menjadi kampus yang Islami dan zaman untuk menimba ilmu
pengetahuan. Amin.
*
Dalam surat sederhana
ini, pertama kali yang saya ingin sampaikan adalah kata-kata dari Rektor UISU,
Dr. Ir. Mhd. Asaad, M.Si, saat menyampaikan kata sambutan dalam kegiatan
Diskusi Publik yang diadakan HMI Komisariat UISU pada Senin, 27/2/2017 di
gedung kuliah S2 Fakultas Hukum UISU, beliau berkata; “UISU harus bisa menjadi basis pergerakan Islam dalam menjaga keutuhan
NKRI dan Pancasila dari berbagai bahaya yang menyerangnya.”
Selain Rektor UISU,
salah satu pengurus Yayasan UISU, H. Syarial Ams, SH, pada kegiatan yang sama
menyampaikan; “Dan UISU ini menjadi
basis perjuangan Islam untuk mempertahankan agama dan negara.”
Dari dua pernyataan di
atas, apakah itu hanya sekedar kata-kata dan tanpa aplikasi? Apakah kata-kata
yang disampaikan itu tanpa nilai juang untuk betul-betul membela Islam lewat
pendidikan yang ada di UISU? Atau jangan-jangan itu slogan saja?
Saya yakin, UISU adalah
kampus Islam yang konsisten untuk mempertahankan Islam dan negara dari serangan
individu dan kelompok yang ingin merusak Islam. Setengah abad lamanya, UISU
telah mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan Islam lewat jalur pendidikan.
Karena sangat dipercayai, lewat pendidikan manusia akan tercipta menjadi
manusia-manusia yang berkualitas dan berakhlak, apalagi UISU adalah kampus
Islam. UISU menjalankan dua misi, selain misi untuk mencerdaskan anak bangsa
Indonesia, dia juga menyebarkan Islam yang menjadi pedoman di dunia dan akhirat
nanti.
**
Akan tetapi,
akhir-akhir ini, semanat (ghirah)
Islam di UISU tidak begitu dirasakan. Yang paling miris adalah, dua hari ini
(16-17 Maret 2017) ada sesuatu yang ganjil yang saya lihat.
Pertama,
UISU tentunya konsisten bela Islam dari penghancur Islam, seperti bela Islam
yan berjilid-jilid menuntut penista Al-Qur’an (Ahok) supaya diadili. Dalam
aksi-aksi umat Islam Indonesia pada bulan-bulan yang lewat, ada media yang
ingin mempelesetakan berita yang sebenarnya, ada media Televisi yang membuat
berita yang tidak obyektif, seolah-olah menurunkan derajat aksi ummat Islam
yang berjuta-juta dengan semangat yang dibentengi iman. Media Itu adalah
MetroTV (sekarang lebih terkenal dengan nama MetroTiVu).
Kedua,
pada kegiatan yang diadakan oleh MetroTV-Mata Najwa, di Gedung Serbaguna,
Pancing Medan, secara kepanitiaan UISU dan mahasis UISU terlibat di dalamnya.
Padahal kita tahu bagaimana MetroTV menyudutkan Islam saat kejadian aksi bela
Islam. Menurut saya, tidak etis rasanya kalau UISU terlibat dan melakukan kerja
sama dengan media yang tidak obyektif (menyudutkan Islam) walau kerjasamanya
tidak dibawah tangan (MoU).
Ketiga,
ada alasan yang mengatakan bahwa, kepanitiaan itu tidak ada keterlibatan
institusi UISU. Akan tetapi, kenapa panitia yang bergabung diberikan ijin
ketika mereka (mahasiswa UISU) tidak hadir? Kenapa Mahasiswa UISU dijadikan Sales dalam kegiatan tersebut? Dan yang
paling miris lagi, menurut saya ada unsur kampanye yang tidak etis, ketiaka
masuknya bus Gubernur Sumut? Apakah itu tidak kerja sama namanya?
***
Kepada yang terhormat
pak rektor UISU, kiranya bapak mengumpulkan informasi terkait kebablasannya
UISU sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa dengan adanya keterlibatan UISU
dalam acara metroTV membuat masyarakat tidak percaya lagi pada UISU yang bapak
katakan “UISU basis pergerakan Islam”.
Kiranya, orang-orang yang terlibat, yang mengirimkan mahasiswa UISU menjadi panitia
harus diproses karena hal tersebut menurut kami telah menciderai perjuangan UISU yang
konsisten membela Islam, telah menggadaikan idealisme dan independensi
mahasiswa UISU dan UISU. Mahasiswa tidaklah bersalah dalam hal ini, yang bersalah adalah
orang-orang yang mengirimkan mereka menjadi kepanitiaan atau menjadi "sales" dalam acara tersebut.
"We are Student, not Sales !!!"
Medan, Jumat, 17 Maret
2017
Hormat saya
Ibnu Arsib Ritonga
0 komentar:
Posting Komentar