Surat Terbuka Untuk Rektor UISU

Jumat, 17 Maret 2017 0 komentar

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam hormat saya kepada seluruh pihak.

Puji syukur kita kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita dengan memberikan akal dan pikiran beserta keimanan sehingga dapat menjadi ciptaan yang teristimewa dibanding makhluk Allah lainnya. Atas nikmat-Nya juga, kita dapat beraktivitas setiap harinya. Di setiap kita, diberikan-Nya masing-masing kelebihan.

Shalawat bertangkaikan salam, mari kita hadiahkan kepada junjungan alam, Muhammad SAW, penutup seluruh risalah kenabian dan kerasulan. Atas perjuangannya pula kita merasakan suatu nilai-nilai kebaikan dan kedamaian ajaran baik di dunia dan akhirat kelak. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhir kelak.

Dengan surat terbuka ini, mari sejenak mendo’akan keluarga-keluarga Rasulullah SAW, para sahabatnya, tabi’in, pejuang-pejuang Islam di dunia, pejuang Islam Indonesia secara khususnya pejuang Islam di UISU yang bergerak dalam ranah pendidikan, semoga Allah SWT, memberkahi perjuangan mereka.

Lewat surat yan sederhana ini, marilah kita berdoa sama-sama kiranya Allah membuka hati orang-orang yang telah mencederai UISU, yang menghilangkan Islam dari UISU, mendukung secara sadar dan tidak sadar para perusak Islam, mereka yan mengadaikan independensi dan idealisme mahasiswa UISU, kiranya mereka dirubah oleh Allah SWT dan UISU menjadi kampus yang Islami dan zaman untuk menimba ilmu pengetahuan. Amin.
*
Dalam surat sederhana ini, pertama kali yang saya ingin sampaikan adalah kata-kata dari Rektor UISU, Dr. Ir. Mhd. Asaad, M.Si, saat menyampaikan kata sambutan dalam kegiatan Diskusi Publik yang diadakan HMI Komisariat UISU pada Senin, 27/2/2017 di gedung kuliah S2 Fakultas Hukum UISU, beliau berkata; “UISU harus bisa menjadi basis pergerakan Islam dalam menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila dari berbagai bahaya yang menyerangnya.”

Selain Rektor UISU, salah satu pengurus Yayasan UISU, H. Syarial Ams, SH, pada kegiatan yang sama menyampaikan; “Dan UISU ini menjadi basis perjuangan Islam untuk mempertahankan agama dan negara.”

Dari dua pernyataan di atas, apakah itu hanya sekedar kata-kata dan tanpa aplikasi? Apakah kata-kata yang disampaikan itu tanpa nilai juang untuk betul-betul membela Islam lewat pendidikan yang ada di UISU? Atau jangan-jangan itu slogan saja?

Saya yakin, UISU adalah kampus Islam yang konsisten untuk mempertahankan Islam dan negara dari serangan individu dan kelompok yang ingin merusak Islam. Setengah abad lamanya, UISU telah mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan Islam lewat jalur pendidikan. Karena sangat dipercayai, lewat pendidikan manusia akan tercipta menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan berakhlak, apalagi UISU adalah kampus Islam. UISU menjalankan dua misi, selain misi untuk mencerdaskan anak bangsa Indonesia, dia juga menyebarkan Islam yang menjadi pedoman di dunia dan akhirat nanti.
**
Akan tetapi, akhir-akhir ini, semanat (ghirah) Islam di UISU tidak begitu dirasakan. Yang paling miris adalah, dua hari ini (16-17 Maret 2017) ada sesuatu yang ganjil yang saya lihat.
Pertama, UISU tentunya konsisten bela Islam dari penghancur Islam, seperti bela Islam yan berjilid-jilid menuntut penista Al-Qur’an (Ahok) supaya diadili. Dalam aksi-aksi umat Islam Indonesia pada bulan-bulan yang lewat, ada media yang ingin mempelesetakan berita yang sebenarnya, ada media Televisi yang membuat berita yang tidak obyektif, seolah-olah menurunkan derajat aksi ummat Islam yang berjuta-juta dengan semangat yang dibentengi iman. Media Itu adalah MetroTV (sekarang lebih terkenal dengan nama MetroTiVu).

Kedua, pada kegiatan yang diadakan oleh MetroTV-Mata Najwa, di Gedung Serbaguna, Pancing Medan, secara kepanitiaan UISU dan mahasis UISU terlibat di dalamnya. Padahal kita tahu bagaimana MetroTV menyudutkan Islam saat kejadian aksi bela Islam. Menurut saya, tidak etis rasanya kalau UISU terlibat dan melakukan kerja sama dengan media yang tidak obyektif (menyudutkan Islam) walau kerjasamanya tidak dibawah tangan (MoU).

Ketiga, ada alasan yang mengatakan bahwa, kepanitiaan itu tidak ada keterlibatan institusi UISU. Akan tetapi, kenapa panitia yang bergabung diberikan ijin ketika mereka (mahasiswa UISU) tidak hadir? Kenapa Mahasiswa UISU dijadikan Sales dalam kegiatan tersebut? Dan yang paling miris lagi, menurut saya ada unsur kampanye yang tidak etis, ketiaka masuknya bus Gubernur Sumut? Apakah itu tidak kerja sama namanya?
***
Kepada yang terhormat pak rektor UISU, kiranya bapak mengumpulkan informasi terkait kebablasannya UISU sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa dengan adanya keterlibatan UISU dalam acara metroTV membuat masyarakat tidak percaya lagi pada UISU yang bapak katakan “UISU basis pergerakan Islam”.

Kiranya, orang-orang yang terlibat, yang mengirimkan mahasiswa UISU menjadi panitia harus diproses karena hal tersebut menurut kami telah menciderai perjuangan UISU yang konsisten membela Islam, telah menggadaikan idealisme dan independensi mahasiswa UISU dan UISU. Mahasiswa tidaklah bersalah dalam hal ini, yang bersalah adalah orang-orang yang mengirimkan mereka menjadi kepanitiaan atau menjadi "sales" dalam acara tersebut.

Harapannya, UISU yang sebagai wadah akademisi dan ilmiah tidak menjadi ajang kampanye politik praktis untuk “kepentingan” beberapa orang atau kelompok. Jangan karena popularitas, “kepentingan” dan materi (uang) independensi dan idealisme mahasiswa UISU dan UISU di gadaikan.

"We are Student, not Sales !!!"

Medan, Jumat, 17 Maret 2017
Hormat saya

Ibnu Arsib Ritonga

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB