Penyimpangan Sejarah Keluarnya Nabi Adam Dari Surga

Sabtu, 04 Maret 2017 0 komentar
Dalam Taurat, terdapat penyimpangan yang saya rasa dalam dunia ini tidak ada suatu bentuk penyimpangan yang lebih merugikan dari bentuk penyimpangan itu. Kita semua mengetahui bahwa kisah nabi Adam as selain tercantum dalam Al-Qur'an juga tercantum dalam Taurat. kisah tersebut ialah: "Adam as dan isterinya selama berada di surga diperbolehkan untuk menikmati berbagai kenikmatan dan seluruh buah-buahan yang ada, namun di sana terdapat suatu jenis pohon yang mana mereka berdua tidak diperbolehkan untuk mendekatinya dan memakan buahnya. Adam as memakan buah pohon tersebut dan dikarenakan hal itulah maka ia dikeluarkan dari surga".

Itulah kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan juga Taurat. Tetapi persoalannya adalah, pohon apakah itu? Dari berbagai keterangan yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan juga berbagai hadis yang dapat dijadikan sandaran, dapat diambil kesimpulan bahwa buah terlarang itu adalah berhubungan dengan sisi kebinatangan (hayawaniyah) manusia dan bukan berhungan dengan sisi kemanusiaan (insaniah) manusia. yakni suatu perkara yang merupakan bagian dari hawa nagsu, keserakahan, iri, dengki, yang menurut istilah disebut dengan "anti kemanusiaan".

Janganlah engkau mendekati pohon tamak, yakni janganlah engkau merasa tamak. Janganlah engkau mendekati pohon dengki, yakni janganlah engkau mendengki. Tapi, Adam as menjatuhkan dirinya dari kemanusiaan dan mendekati pohon itu. Ia mendekat pada tamak, serakah, dengki, takabur, yakni mendekat pada berbagai perkara yang merendahkan serta menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan. Allah SWT berfirman kepadanya, "Keluarlah dari sini". (kapan Allah mengusirnya dari surga?) Allah mengusir Adam as dari surga setelah Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah: 31)

Ketika Allah mengajarkan kepadanya seluruh hakikat, (lalu Allah berfirman), "Ini bukan tempat tinggalmu, keluarlah dari sini!"

Isi kitab Taurat telah diselewengkan oleh orang-orang yang memiliki tujuan keji, di mana di sana disebutkan bahwa pohon yang tidak boleh didekati oleh Adam as adalah berhubungan dengan sisi kemanusiaan Adam as dan bukan berhubungan dengan sisi kebinatangan, berkaitan dengan ketinggian kedudukan Adam as dan bukan kerendahan kedudukan Adam as. Bagi Adam as terdapat dua bentuk kesempurnaan dan Allah tidak menginginkan kedua kesempurnaan itu diraih oleh Adam as secara sekaligus; pertama, kesempurnaan pengetahuan dan yang kedua, kekekalan di surga.

adam telah merasakan buah dari pohon pengetahuan, lalu matanya terbuka dan pada saat itu ia mulai mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Ia bergumam, "Sebelum ini saya dalam keadaan buta, sekarang ini mata saya terbuka. Sekarang saya mulai dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk." Kemudian Allah SWT berfirman kepada para malaikat, "Lihatlah! Kami tidak menghendaki ia menikmati buah dari pohon pengetahuan dan epistemologi, tetapi ia telah memakannya, dan matanya menjadi terbuka. Sekarang saat matanya terbuka, ini amat berbahaya jika sampai memakan buah pohon kekekalan, yang akhirnya ia akan hidup kekal. Dengan demikian maka sebaiknya kita keluarkan saja ia dari surga".

Bentuk pengetahuan dan penyelewengan agama dan mazhab ini, mengakibatkan kerugian yang cukup besar (mazhab adalah agama Tuhan, perintah Tuhan). Akhirnya mereka mengatakan, "Dengan demikian maka cukup jelas, adanya kontradiksi antara agam dan pengetahuan. Adam as mesti beragama dan mematuhi perintah Tuhan, atau memakan buah pengetahuan sehingga matanya menjadi terbuka, atau mematuhi perintah Tuhan dan matanya tetap dalam keadaan buta tidak mengetahui sesuatu apa pun, atau memiliki pengetahuan tapi melanggar perintah Tuhan. Karena supaya matanya dapat terbuka, ia mesti melanggar perintah Tuhan dan mengesampingkan agama."

Kemudian lambat laun di Eropa muncul berbagai ungkapan di antaranya ialah, "Jika seseorang yang mengetahui Socrates, mesti hidup sengsara dan kelaparan, tetapi itu justeru jauh lebih baik dari pada menjadi budak," "Sehari saja saya hidup dengan mata terbuka (memiliki pengetahuan), itu jauh lebih saya sukai daripada seumur hidup dalam keadaan buta (bodoh) dan kemudian berharap akan masuk surga," "Saya lebih suka berada dalam neraka Jahanam dengan mata terbuka (memiliki pengetahun), daripada berada dalam surga dalam keadaan buta (bodoh)."

Hal inilah yang menyebabkan di Eropa muncul sebuah pemikiran yang sangat mengkhawatirkan, yaitu adanya kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Anda jangan mengira bahwa pemikiran semacam ini muncul dari empat ilmuwan yang mengeluarkan pendapatnya. Tidak, tetapi akar pemikiran itu terdapat dalam agama Nasrani dan Yahudi yang kedua-duanya menganggap Taurat sebagai "perjanjian lama" dari kitab samawi. Yakni di sana disebutkan bahwa kalian mesti konsisten terhadap agama dan nentinya kalian masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, makan, minum, tidur dengan leluasa serta berkeliling ke berbagai penjuru surga, tetapi mata kalian mesti dalam keadaan tertutup (tidak mempunya pengetahuan-ed). Tetapi jika mata kalian terbuka (memiliki pengetahuan-ed), maka kalian mesti hidup dalam keadaan sengsara dan menanggung berbagai beban penderitaan.



NB: Tulisan di atas disadur dari bukunya Murtadha Muthahhari, Pengantar Epistemologi Islam.
Posted: Ibnu Arsib Ritonga

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB