Mahasiswa Harus Belajar Dari Tokoh-Tokoh Dunia

Senin, 16 Januari 2017 0 komentar
Oleh: Ibnu Arsib Ritonga*
Sebagai mahasiswa, tugas kita adalah belajar dan berorganisasi. Semua aktivitas kita, tugas fungsi mahasiswa sudah ada dalam kedua konsep tadi. Jikalau kita sudah selesai bermahasiswa dan berorganisasi, tentunya kita menjadi alumni. Ketika kita mendapatkan kesempatan atau mendapatkan amanah untuk menjadi pemangku perubahan atau pelaku pembuat kebijakan, kita sudah tahu nantinya bagaimana cara merubah sistem yang tidak pro pada rakyat susah, itu pun jikalau kita bisa menjaga idealisme kita seperti sewaktu menjadi seorang mahasiswa. Berjuang atau berbuat kebaikan untuk kepentingan orang-orang banyak.

Kita harus sabar selama kita menjadi seorang mahasiswa. Kita harus sabar dalam kuliah dan berorganisasi. Sangat susah mensinkronkan aktivitas kuliah dengan aktivitas organisasi, melakukan pergerakan, apalagi dengan sistem pendidikan tinggi (Sistem Perguruan Tinggi) yang memenjarakan mahasiswa saat ini.

Sabar dan teruslah mempertajam atau menambah kualitas diri, baik kualitas intelektual, kualitas emosional dan kualitas spritual. Yakinlah, suatu saat nanti, kita dapat memetik buah yang manis dari perbuatan baik kita. Seperti kata Bung Karno, "Bermimpilah setinggi langit, ketika jatuh maka berada di antara bintang-bintang". Bercita-cita tinggi tidaklah menjadi masalah.

Mari sejenak kita renungkan kesabaran para tokoh-tokoh besar dari seluruh penjuru dunia dan dari seluruh aspek bidang yang ada di dunia ini, baik dibidang agama, filsafat, sains, politik, hukum, sosial dan bidang-bidang lainnya, atau juga mereka yang sudah tiada maupun yang masih hidup dan terus menelurkan karya-karyanya.

Thales, Anaximandros, Anaximenes, Phytagoras, Zeno, Cicero, Socrates, Plato, Aristoteles dan tokoh-tokoh filsafat klasik dari Yunani lainnya. Mereka adalah sosok manusia yang begitu sabar dan begitu gigih dalam belajar tentang hal apa pun. Sampai-sampai terkadang mereka dianggap gila hingga diancam bahkan ada yang dibunuh karena hasil dari pada karya pemikirannya. Tentunya kita masih sangat merasakan hasil-hasil pemikirannya yang telurkannya sejak zaman sebelum masehi hingga saat ini.

Al-kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusdy, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, dan tokoh-tokoh filsuf Islam lainnya. Ada Imam Bukhari, Imam Muslim, Tirmidzi, dan Imam-imam perawi hadist lainnya. Ada Imam Maliki, Syafi'i, Hambali, Hanafi dan ahli-ahli fiqh lainnya. Mereka semua, tanpa terkecuali, begitu sabar dan gigih dalam masa belajarnya. Sabar mempelajari ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya masing-masing. Disamping itu, mereka harus belajar dan betul-betul memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang pada masa itu banyak dipengaruhi oleh ilmuwan-ilmuwan dari Yunani, terkhususnya di masa filsuf Islam, seperti dibidang filsafat. Kesabaran dan kegigihan para tokoh-tokoh yang disebutkan tadi membuahkan hasil yang berguna hingga saat ini. Bahkan, tidak jarang sekali, hasil pemikiran mereka atau hasil kajian mereka sering menjadi referensi penting dalam kajian keilmuan masa sekarang.

Rene Descartes, Agus Comte, Immanuel Kant, dan tokoh-tokoh filsuf Barat atau ilmuwan lainnya sampai saat ini, sungguh sangat gigih dalam dunia keilmuan dan mereka tidak lepas belajar dari masa kejayaan ilmu pengetahuan yang dahulu Islam menjadi tolak ukurnya. Ketika itu Eropa masih dalam zaman kegelapan hingga datang masa pencerahan yang disebut itu masa Renaisans atau istilah lainnya disebut aufklarung.

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taiymiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Abdurrahman Kawakibi, Ahmad Khan, Ali Syari'ati, Imam Khomeini, Al-Maududi, Sayyid Quthb, Hassan Al-Banna, Hassan Hanafi, dan tokoh pembaharuan atu tokoh-tokoh reformis Islam lainnya, yang masih hidup atau sudah tiada. Mereka begitu gigih untuk belajar, mereka tidak akan dapt melakukan gerakan-gerakan pembaharuan kalau mereka tidak berguru (belajar), bersabar dalam menuntut ilmu dan juga bersabag menungga masa yang tepat.

Jikalau kita lihat dari kisah-kisah para Nabi dan penerus-penerusnya. Dari Nabi Adam (Nabi pertama) sampai pada Nabi Muhammad SAW (Nabi terakhir), tentunya sudah melewati kesabaran dan kegigihan untuk menyampaikan misi ketuhanannya kepada tauhid yang benar (al-haq) dan misi kemanusiaan yaitu kemerdekaan, keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran tanpa penindasan. Dengan kesabaran dan kegigihannya melewati seluruh perlawanan, kita pun saat ini dapat menikmati indahnya kehidupan yang penuh dengan iman, ilmu dan keharmonisan dalam hidup manusia.

Jika kita intip ke Indonesia, tidak akan sukses K.H. Hasyim Anshary dalam mendirikan organisasi Nahdhatul Ulama (NU) tanpa dia pada masa mudanya belajar kepada sang guru dan bersabar ketika mendirikan, mempertahankan organisasi tersebut, sehingga menjadi salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Dan juga organisasi ini terus mempertahakan keutuhan negara Indonesia. Mungkin kita bagian dari pada organisasi itu.

Masih di daerah yang sama, di tahun 1912, sebelum NU didirikan, K.H. Ahmad Dahlan, mendirikan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Sebelum beliau mendirikan perserikatan tersebut, terlebah dahulu Ahmad Dahlan banyak bersabar dalam masa proses belajar di Makkah dan belajar mendirikan suatu perkumpulan dari organisasi Budi Utomo. Dalam proses pendirian organisasi Muhammadiyah, dia mempertahankan organisasi ini secara sabar dan juga tetap gigih belajar kepada siapa pun. Dia tidak pernah taqlik (buta) terhadap sesuatu. Dia terlebih dahulu harus mengetahui tentang apa yang ia perbuat. Mungkin kita bagian dari organisasi Muhammadiyah, atau mungkin kita meneledani Ahmad Dahlan.

Ir. Soekarno, Semaun, Muso, Darsono, Tan Malaka, Agus Salim, Bung Hatta, Sjahrir, Natsir beserta tokoh-tokoh pergerakan Indonesia lainnya yang masih hidup atau pun sudah tiada, yang sebagiannya lahir dari asuhan sang guru bangsa HOS. Cokroaminoto (tokoh pergerakan). Mereka begitu sabar belajar dan berguru di waktu muda hingga mereka dapat menjadi tokoh-tokoh sentral di Indonesia. Bahkan di antara kita ada yang menjadikan mereka idola pergerakan. Mereka tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dinamika sejarah Indonesia yang panjang.

Dari keorganisasian mahasiswa di Indonesia, ada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ada Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), ada Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan organisasi-organisasi mahasiswa lainnya yang lahir setelah atau mendekati era reformasi. Itu semua adalah organisasi mahasiswa Indonesia yang bersifat nasional terbukti begitu gigih dan semangat dalam meneruskan perjuangannya, menjaga keutuhan negara Indonesia hingga saat ini, dan masih tetap ada di Indonesia. Tentunya harus dapat menyesuaikan diri dan tetap pada nilai-nilai kebaikan.

Jadi, dari sekian banyak tokoh yang disebutkan atau pun yang belum disebutkan, semuanya melewati masa-masa belajar sebelum terjun pada dunia yang nyata. Mulai dari tokoh perwakilan Tuhan hingga tokoh-tokoh pembunuh Tuhan, mulai dari tokoh-tokoh agama hingga tokoh-tokoh filsuf, mulai dari tokoh-tokoh pergerakan hingga tokoh-tokoh sastra tentunya telah mengalami masa-masa belajar dan telah kita lihat sendiri bagaimana pengaruh-pengaruh mereka hingga saat ini.

Dari itu semua, dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa kegigihan, motivasi, tujuan, idealisme, kecerdasan, emosional, spritual, dan semangat adalah modal utama bagi mahasiswa yang ingin menjadi tokoh-tokoh disetipa bidang yang diminatinya. Untuk apa kita belajar, untuk apa kita menjadi mahasiswa, untuk apa kita kuliah, kalau bukan untuk menjadi orang yang berguna bagi orang banyak dan bagi diri kita sendiri.


*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan

Sumber gambar ilustrasi: https://wildanrenaldi.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ibnu Arsib Ritonga | TNB